mendjauhkan telinganja. Kata orang djuga, ia djuga jang menembak adiknja dihutan perburuan karena iri hati. Tapi talk seorangpun jang dapat membuktikannja. Karena seia- manja mereka banja berdua djika pergi berburu. Dan ia pun sangat sempurna menundjukkan kedukaannja. Enam bulan genap ia tak ikut berburu dan terus membenamkan diri didalam rumah. Dan sepohon beringin ditanamnja se- bagai tugu ditempat adiknja tertembak mati oleh sendjata- aja sendiri, Dibuatnja makam jang indah. Dan jang paling sering dihiburnja ialah gendakgendak adiknja. Dan kata orang djuga, ditempat gendak adiknja itu, mereka sama- sama dapat melupakan kemalangan jang menimpa. Dikala ia berkuda dibawah panas terik itu, ia tak ter- ingat pada kematian adiknja. Tak teringat sedikitpun. Ia ingat tjuma satu. Dan ini menjebabkan ia menjumpahnjura- pah diatas kudanja. Monjumpah matahari jang menimbul kan panas, menjumpah perempuan jang menggasaknja se- alam, menjumpah keletihannja sendiri, menjumpah bualan sipembual anakanaknja. Dan djuga menjumpahi anakanak- aja jang punja telinga untuk mendengarkan kelebihan orang lain dari ajahnja. Pada puntjak sumpah serakahnja, ia ber- teriak sekuatkuatnja: Hai Tuhan, kalau kau memang ada aku sumpahi djuga engkau.- Tapi kudanja terkedjut dengan tiba-tiba dan lari tiada tertahan. Mulamula ia menjangka, larinja kuda itu sebab ketakutan mendengar teriakannja jang membahana. Dan dalam hatinja, terkekehkekehlah ia, dan senanglah hatinja sebab suaranjapun punja keunggulan, hingga mengejutkan hati kudanja jang setia. Ditjobanja menahan lari kudanja, tapi sekali ini kuda itu tak tertahankan. Panas hatinja. Hen- dak dipukulnja kuda itu, takut ia kalau binatang itu ber- tambah djauh larinja. Tiba-tiba ia ingat, djangandjangan karena kemurkaan Tuhan jang baru disampahnja, maka kudanja djadi demikian. Lalu djadi ketjutlah hatinja.Tapi tradisinja telah mengadjarkan kepadanja, bahwa dengan se-
Halaman:Bianglala.pdf/11
Halaman ini belum diuji baca