Halaman:Bidadari Binal.pdf/106

Halaman ini tervalidasi

100

TJILIK ROMAN'S

sangka² rubuh dan kedjebak dalam perangkap adiknja......

Djika langit runtuh dan bumi ambles, Aida mungkin tidak rasakan sehebat ia dihantjurkan diwaktu itu......

Dalam gagalnja, dalam sedihnja dan dalam ketjelenja, ia ingin menangis dengan segala air mata jang bisa diperes... Tetapi, ia merasa terlalu sombong untuk kutjurkan air mata sebagai petjundang dihadapan orang2 jang petjundangi dia......

Ia pertahankan, ia simpan air mata itu, sehingga ia berada sendirian......

Dalam duka nestapa jang amat besar, sebagai petjundang jang njata-njata...... petjundang, dalam sendirian tiada berkawan, takdapat dinjatakan bagaimana Aida dapat...... berdiri......

Sombong dan angkunja, ia hendak memperlihatkan, ia dapat bersenjum dalam limbung, dan ia dapat tertawa...... selagi nasib-badan sebagai lajangan jang putus...... Taktahu akan djatuh dimana......

„Happy landing” atau salinan kasarnja „Selamat mendarat”, ia seruhkan kepada Jeanne dan Kim-seng, dua-dua penjerobot dan extremist dari perdjoangannja mentjari,,hidup”.

Langit mendung dan mengantarkan hudjan ketjil dikala Aida kembali dengan pesawat terbangnja jang kemaren djuga...... Dengan dia datang, dengan dia pulang...... dengan tangan kosong, hati kosong, djiwa kosong.....

Tatkala pesawat meninggalkan lapang-terbang Mandai, Makassar, Aida tidak tahu dimana hatinja ketjetjeran dan ketinggalan, tetapi itu sudah mestinja begitu, tidak dapat mendjadi lain...

Demikianlah manusia selalu mentjari-tjari apa jang ia tidak mesti dapat, atau kadang² memaksa