Halaman:Bidadari Binal.pdf/19

Halaman ini tervalidasi

„BIDADARI BINAL”

13

tang papak nona, maafkan...... Saja menerima telegram dari Jeanne.......

„Saja Jeanne...... Jeanne Tan, Ngko Kim-seng” Menerangkan sitjantik dengan suara bulat......

Kim-seng dalam bingungnja...... tertawa.... dalam bingung.

„Nona jang nakal, saja kwatir saja tahu Jeanne lebih dari nona......” katanja dengan suara jg tegas. ,,Saja kenal Jeanne, bukan hanja dari mata ke mata, tetapi djuga dari hati ke hati, dan mungkin djiwa ke djiwa......

„Kesian...” kata si-djelita dengan tenang......

„Siapa jang harus dikesian......?” Menanjak Kim-seng dengan penasaran......

„Tidak lain dan tidak bukan, Ngko Kim-seng jang njata kehilangan paham...” katanja sambil mundar mandir..

„Astafirullah......” kata Kim-seng jang dengan tidak tahu dari mana datangnja telah samber segala perkataan sesambatan sekenanja. Saja minta dengan sangat, nona tidak bikin kalut keadaan dunia jang sudah kalut. Sebetulnja siapa nona? Dengan maksud apa kedatangan nona di Makassar? Ada sangkut menjangkut apa nona dengan itu nama Jeanne? Mengapa nona begitu berani datang sendiri dari Surabaja ke Makassar? Mengapa nona mentjari itu nama Kim-seng? Ada hubungan apa itu nama Kim-seng dengan nona sendiri?”

Sesudah madjukan semua pertanjakan itu, Kim-seng seperti hilang akal, dengan penuh keringat ia lalu duduk diatas bangku dengan napas sengal-sengal......

„Djangan senuw Ngko jang berbudi. Segala apa dapat diurus dengan damai” katanja. Saja tetap Jeanne Tan, dan saja tidak dapat merobah-