Halaman:Bidadari Binal.pdf/25

Halaman ini tervalidasi

„BIDADARI BINAL”

19

susukan kata-kata-indah dari karakternja satu bidadari jang...... mendahului djeman......

Tetapi pensilnja kaku penanja puntul...... Tidak ada lukisan dapat ia lukiskan, tidak ada sjair dapat ia tuliskan...... Mendadak ia djadi bisu, dan ketemu djalan buntu......

„Biar bagaimana djuga, ini tidak bisa djadi”, katanja Kim-seng jang memutuskan......

„Apa jang tidak mungkin......?” Menanjak Jeanne dengan tenang, dan tidak pernah kelihatan berobah pada paras mukanja......

„Kau dengan saja tinggal dalam satu kamar. Kita tidak ada perhubungan sama sekali......”. Kamudian sambil melirik dengan aksi-djenaka, „Nona, djangan tjiptakan Black-out dalam udara terang dan tidak ada perang atau serangan udara......”.

„Kaau misalnja Aida jang datang, apa jang kau berbua tuan Penjair?” menanjak Jeanne.

„Kita saling menjinta, menjinta dengan sutji. Kita berhak bersatu dan mentjari persatuan......”.

„Tjoong isteri orang lain, merusak rumah tangga orang lain, bawa lari satu Ibu dari anaknja, apa kau anggap itu...... Hak? Dari mana kau dapat srobot perkataan „Hak” jang kau sebutkan itu......”.

Kim-eng njata hilang akal sama sekali. Dengan setengah meringis ia menanjak:

„Nona apa sekarang ini saja diverbaal?” menanjak ia.

„Djangan lari dari pokok. Djawab pertanjakan saja, Nglo pelukis” mendesak Jeanne.

Kim-seng sekali ini berdiri dikakinja sendiri......

Sungguh ketjewa ia mengala terus, dan ia merasa haknja terus dipermainkan sebagai djantan......

„Djika Aida jang datang, atau saja maksudkan Jeanne'ku jng kutjinta, sudah pasti ia tinggal disini. Saja ambil hak ini sebagai manusia.....”.