Halaman:Bidadari Binal.pdf/40

Halaman ini tervalidasi

34

TJILIK ROMAN'S

Kang-hoo berlalu dengan lenggangnja jang pandjang......

Kim-seng kembali sekira djam 7 sore.

Belakangan tiap-tiap pulang dari mana sadja, Kim-seng perlu ngalongok ke kamar sebelah, saolah-olah takut jang disebelah hilang musna disamber oleh Djin atau Seitan.

Ia lihat pintu terbuka, dan orangnja tiada......

Orangnja didalam kamar, atau berkeliaran diluar dengan anak-anaknja, hal ini belum sampai sebegitu djauh mendjadi programma perhatiannja Kim-seng.

Kim-seng lalu duduk dikorsi luar kamar, seperti djuga hendak menawan angin, padahal tentu maksudnja supaja ia bisa meluaskan perhatiannja kekamar sebelah......

Supaja djangan kelihatan menunggu apa-apa, ia membawa selembar koran aksi dibatjanja, padahal diwaktu malam, Kim-seng tidak dapat membatja......

Dikamar masuk dengan tidak tenang......

Kim-seng tidak menengok atau takut kepergok djika dengan tiada sebab ia menengok, tetapi ia seperti mengarti, malam itu si-njonja muda agak kurang tentrem. Semua ini bisa masuk dalam akalnja Kim-seng, karena ia buka lebar-lebar ruang perhatiannja terhadap tetangga jang tjantik itu......

Njata njonja kamar sebelah itu lalu berputusan dan menghampiri Kim-seng......

Kim-seng karena kaget terpaku dikorsinja, dan baru bisa berdiri untuk menghormat sesudah dua tiga detik kamudian....

„Ngko......” katanja dengan suara jang sesunggunja merdu, bagaikan burung murai jang lagi berkitjau. „Tadi ada seorang tetamu datang mentjari. Dan ia berpesan kepada saja, dimintanja dengan hormat Ngko tidak pergi lagi, karena Ngko itu bakal datang sebentar lagi......”.