Halaman:Bidadari Binal.pdf/53

Halaman ini tervalidasi

„BIDADARI BINAL”

47

„Sorry Ngko Sam-pek” katanja...„Saja tetap waras, normaal, sehat, dan saja berkata sebagai manusia jang mengikuti djedjak zaman pantjaroba...... Zaman beralih, musim bertukar, dan kau...... Arek-Surabaja gila...... tidak boleh gunakan systeem 30 tahun dulu, malu takut Ntjim dan Wak...... Djalan dengan wanita, takut djalan distraat ramai, perlu menghilang ke Kupang Gunung atau dipinggir pantai Udjung. Djeman kuno sudah kuno, Ngko Penjair...... Kalau mau djadi dewa pergilah ke Gunung Willis, djangan tinggal dikota berlaga alim...... atau pura-pura djadi hweesio......”.

Kim-seng pandang Kang-hoo betul-betul kumat, tetapi ia tahu kawan ini bangsa dobrakan. Arek- Surabaja djeman serbuan...... Deviesnja selalu menjerbuh dan tidak ada waktu menungguh......

„Suami Jeanne datang, sudah dua hari......” kata Kim-seng jang tjoba pantjing pertimbangannja Ngko Journalist jang liar itu......

„Datang suami, kawan disebelah patah hati......?” Kang-hoo mengedjek sambil melewek.

„Djangan terlalu kesusuh......” kata Kim-seng......

„Dan kau sudah berkenalan dengan Paduka jang mulia suami njonja tetangga itu?” Memotong Kang-hoo......

„Belum, dan Jeanne tidak memperkenalkan......”djawabnja Kim-seng......

Kang-hoo tertawa....

„Tidak ada manusia goblok sebagai kau, Ngko tukang gambar. Menjerbuh sendiri, beladjar kenal, beladjar djenaka...... rubuhkan dua-duanja. Sekali berani mandi djangan kepalang basah......” Meneruskan Kang-hoo.

„Saja tidak ada hati......” kata Kim-seng.....

Kang-hoo lalu manggut-manggut tatkala ia berkata.....