Halaman:Bidadari Binal.pdf/56

Halaman ini tervalidasi

50

TJILIK ROMAN'S

dan ia hendak...... Ia sendiri tidak tahu, „Hendak apa?

„Boleh saja menganggu?” katanja sambil mengambil korsi disebelahnja dan duduk...... Sebagai jang pertama kali selama kenal, Kim-seng berani liwati garis demarcatienja dan berada digaris Jeanne......

„Selamanja boleh......” sambutan Jeanne dengan manis.

„Boleh saja duduk?” kata Kim-seng jang sudah duduk......

Jeanne tertawa sekali ini...... „Ngko sudah duduk bukan?” katanja dengan manis budi. „Djangan memakai upatjara, kita boleh saling pandang seperti kawan lama......”

„Terima kasih......” kata Kim-seng jang mau main njelonong, mau tukar siasat, supaja hilang nama edjekannja Kang-hoo.....„Arek Surabaja kuno”.....

Kim-seng „Arek Surabaja sedjati” masa mesti kalah...... galak dengan jang muda-muda...... jang baru berapa hari melihat dunia, dan masih berbauh bawang......

Jeanne pandang gambarnja dengan tenang......

„Begini rupanja tjorak paras saja?” berkata ia setengah kepada dirinja sendiri.

„Tjantik dan menarik, djelita dan merdeka......” kata Kim-seng jang menjambung.

„Ah, pudjian djangan kelebihan...... Pelukis pandai melukis, paras saja tidak setjantik ini, tetapi karena warna dan pandainja penggambar, segala sesuatu ditambah dan dikurangi, maka kelihatan sampurna dalam segala......”.

„Tidak boleh nona Jeanne” kata Kim-seng.

„Mengapa tidak panggil saja Chen Siaochieh......” kata Jeanne sambil bersenjum „Siotjia jang sudah beranak dua......?”