Halaman:Bidadari Binal.pdf/57

Halaman ini tervalidasi

„BIDADARI BINAL”

51

„Pelukis harus djudjur dalam lukisannja...... Dan seorang pelukis tidak dapat berpura-pura...... Apa jang dipandangnja adalah itu terdjelmah dalam lukisnja. Tidak dapat saja menambakan tjantik atau mengurangkan molek...... Djika tjantik tetap tjantik, dan apa jang dibilang tjantik...... tidak hanja tjoraknja, tetapi seninja...... seni-djiwa...... Tiap² paras ada mempunjakan seni-seni terpisa dari pembawaan ketjantikannja...... Seni itu tidak dapat dilanggarnja...... Seni itu aseli...... Tidak dapat kita lari dari garis jang telah digarisi......”.

„Tetapi saja tahu, saja tidak setjantik gambar jang terlukis......?” menerangkan Jeanne sambil memandang dengan teliti gambarnja......

„Njonja tidak dapat memandang paras njonja sendiri......” kata Kim-seng.

„Tentu dapat, perempuan setiap hari berias, selalu main mata dengan katja, selalu bergenit dengan tjermin......” berdjenaka Jeanne dengan kata-katanja.....

„Tidak, katja bukan timbangan rasa...... Katja tidak boleh terlalu dipertjaja” Kim-seng menerangkan......

„Djika katja tidak dapat menerangkan djelas, habis kepada siapa kita meminta djawab untuk mengetahui diri sendiri......?” menanjak Jeanne......

„Kepada seorang lain, kepada mata orang lain....”.

„Mata orang kadang² salah. Jang membentji dan jang menjukai berlainan pendapat......”.

„Tidak Jeanne, mereka tentu sama pendapat, hanja mungkin selesai pendapatannja, djika salah seorang tidak berlaku setulus hati......”.

„Bagaimana mengetahui, siapa tulus dan siapa tidak tulus......?” Menanjak Jeanne dengan sungguh......

„Gambar...... Gambar tidak dapat mendjustai kebeneran.....” memastikan Kim-seng.