Halaman:Bidadari Binal.pdf/61

Halaman ini tervalidasi

„BIDADARI BINAL”

55

lah...... Bagaimana seorang bisa merasa tidak beruntung dalam beruntung? Ini pun seringkali datangkan bingung......”.

Jeanne berhenti lagi seperti hendak mentjari peloang waktu sekedjaban.

Jeanne memandang Kim-seng seakan-akan ia menantang pertanjakan......

Kim-seng paham ini dan ia berkata......

„Kawin dengan pilihan hati, bukan maunja kewadjiban bakti, tentunja kamu hidup dengan saling kasih......?”

„Ja, begitu mestinja...... Tidak ada djalan lain, tidak ada tjorak lain...... Itu sudah mesti begitu. Kita tidak pernah berkelahi, tetapi mungkin karena tidak ada tjakar-tjakaran dalam perkawinan, tjinta mendjadi tawar dan tidak ada kehangatan. Kita makin renggang dan makin renggang. Iketan djiwa tidak menguntji mati. Longgar dan terlepas. Tidak ada rasa girang bertemu, tidak ada rasa derita berpisa...... Apa artinja gabungan djiwa sematjem ini. Kita lebih banjak bersaudara dari pada bersuami isteri...... Kita masih-sama-sama belum tua...... kita masih tjukup muda untuk gembirah, tetapi tjorak kegembirahan kita sudah lama musna...... Saja merasa sunji, mungkin dia djuga...... Tidak ada tali jang mengikat pertalian perkawinan kita...... Tidak ada semangat, tidak ada api, tidak ada serbuan jang extreem satu dengan lain...... Kita sama2 sabar dan terlalu sabar...... Dia bekerdja dan bekerdja, saja dimana dan dimana. Dia datang untuk kewadjiban, dan saja menerima dia sebagai suami dan kewadjiban...... Dulu, sebelum politioneele actie, kita masih serumah di Kediri, kehidupan pun tetap seperti minjak dengan air...... Tidak ada kedjenakaan, tidak ada pertengkaran.... Tidak ada suara tertawa riang. tidak ada air mata mengalir kerana salah paham dan