Halaman:Bidadari Binal.pdf/62

Halaman ini tervalidasi

56

TJILIK ROMAN'S

hilang paham...... Tidak ada tjemburuh, tidak ada marah, tidak ada sakit hati...... Dengarlah, Ngko, dengarlah...... Bagaimana sesuatu kehidupan dalam perkawinan dapat „hidup” dengan tidak ada semua ini......? Saja tidak tahu kemana saja mesti mendapatkan diri saja...... Apa sendiri saja sadja harus berkelakar, membanjol, mentjari tertawa......? Atau saja membanting-banting badan, marah, menangis, supaja terbit reaksi dalam susunan kehidupan? Tentu tidak mungkin bukan..... Ach, kesian, saja tidak persalahkan dia...... dalam hal ini. Ia pun tidak dapat berpura-pura gembirah dan djenaka..... Pendeknja, kita sama² dingin, sama² bekuh...... Kita hanja hidup karena mesti hidup...... Kita dapat hidup karena kita masih bernapas...... Sebetulnja hidup kita tidak hidup...... Tidak ada kehidupan dalam kehidupan...... Apa artinja hidup......?”

Jeanne menghabiskan kisahnja dengan penasaran kelihatannja, kamudian sambil memandang Kim-seng, ia serahkan kembali gambar dan sjair, lalu bangkit dan berkata. „Maafkan saja, saja tidak berkwasa atas diri sendiri” ia lalu masuk kedalam......

Kim-seng pandang sang gambar dan batja sang sjair......

„Kamu meritju hati jang sedang ritju, kamu membongkar kisah jang pahit dalam tjorak kehidupan jang manis...... Mengapa aku djumpakan „siritju-ritju?

*

Kim-seng ingat kawan jang djauh......

Dalam menderita taufan dan kiamat kehidupan, Kim-seng bertjampur gaul tjukup lama dangan Ho Eng-djie, seorang djuru filsafat jang berdiri sendiri.