Halaman:Bidadari Binal.pdf/71

Halaman ini tervalidasi

„BIDADARI BINAL”

65

Kadang-kadang orang mengukur kebeneran apabila mereka hidup dalam kebruntungan......

Padahal sebetulnja, mereka bukan ketemu kebeneran, tetapi menista kebeneran......

Orang baru repot meraba-raba kebeneran apabila datang derita, datang tjelaka, datang sengsara......

Ja, disini letaknja kebeneran jang benar.....

Tetapi orang dapat mendekati kebeneran, terutama menjelami kebeneran, teristimewa persatukan djiwa dengan kebeneran.....

Kebeneran sebetulnja ada diwaktu kita beruntung, kita tenang, kita hidup mewa, terutama kita lagi membubung puntjak dunia....... Tetapi dikala itu, manusia melupakan kebeneran, sama sekali tidak masuk dalam djiwanja, bahua kebeneranlah jang mentjiptakan semua kebruntungan, segala kesenangan, dan segala kemewaan jang dirasakan dalam madjunja kehidupan......

Dalam kemanisan orang tidak terasa didampingi kebeneran, karena kebeneran mendjadi impian, kata manusia......

Dalam kepahitan orang mentjari kebeneran, karena orang hendak mentjari pegangan, orang hendak mentjari keadilan, mengapa ada derita, dan lalu timbul kata-kata, kebeneran itu...... pahit.

Sebetulnja sama sekali tidak begitu.....

Kebeneran itu manis...... diantara manis dan pahit....

Kebeneran itu sampurna...... diantara sampurna dan tidak sampurna......

Orang jang sesambat, orang jang mengeluh, orang jang mentjari hiburan dengan budjukan madat, arak, prempuan, harta dan sebagainja, orang itu sebetulnja masih djauh.... mengenali kebeneran......