Halaman:Bidadari Binal.pdf/79

Halaman ini tervalidasi

„BIDADARI BINAL”

73

„Nanas Tulung-agung?” Jeanne ulangkan kata sjair. „Nanas mendjadi sjair......”.

Ja ingat, diwaktu ia mendapat oleh-oleh nanas Tulungagung jang manisnja mengilarkan lida, Jeanne ingat kepada kawan sebelah...... Sesudah dipotong baik-baik, ia mengirimkan tiga potong......

Helaas, njata Nanas pun dapat datangkan Ilhamnja......

Nanas jang manis digabung dengan paras jang tjantik......

Lalu dalam sjair timbul njanjian kasih, jang dengan mulut tidak dapat bersari......

„Djika dapat aku mendjadi nanas......” kata Jeanne, dan ia tidak berani meneruskan kata-kata itu, walaupun hanja didengar oleh Pantjaindranja sendiri......

Membalik-balik lembaran madjalah, kembali ia ketemu jang lebih tegas sasaran hati......

MARAH RUPANJA.

Paras mukanja guram sekali,
Seperti ada jang dibentjihi,
Ada sesuatu datangkan pedih,
Hingga berhari kelihatan sepih,
Adik, aku ingin menghiburi,
Tiada djalan dapat kutjari,
Diantara kita pagar berduri,
Djadi perintang sahabat sedjati.
Aku ingin melampiaskan sympathie,
Agar dukamu dapat kuringani,
Tetapi Oh, Dewi, belum kuberani,
Melepaskan langka, membebaskan hati.
Dukamu, ja, dukaku dua kali,
Hantjurmu membawa aku mati,
Djika benar kau luka dihati,
Idzinkan aku datang obati......