Halaman:Bidadari Binal.pdf/85

Halaman ini tervalidasi

„BIDADARI BINAL”

79

„Oh, rupanja kau berikan aku ultimatum...... Bagus sekali......” kata Aida dengan marah „Jeanne aku merdeka berbuat apa maunja hatiku...... Aku hendak hidup sebelumnja mati......”.

„Tidak...... kau tidak merdeka lagi”. Menerangkan Jeanne. „Kau seorang. isteri, seorang ibu, seorang njonja rumah. Kemerdekaanmu sudah......terbatas.......”

„Rupanja kau tjiptakan satu undang-undang baru? Sedari kapan adinda djelita?” Menanjak Aida dengan mengedjek......

„Ajunda djuwita, atau Ntjiku jang nakal” kata Jeanne dengan aksinja jang brandal.„Djika mesti....adalah aku jang harus menjambungkan ini. Aku merdeka, aku bebas......”.

Aida kaget, pandang Jeanne dengan mengarti dan tidak mengarti......

„Kau kenal Ngko Kim-seng rupanja?” Menanjak Aida......

„Tidak......” Djawab Jeanne dengan ringkas.

„Kau tahu, siapa dia dan apa dia......?” menanjak dan mendesak Aida.

„Siapa tidak tahu dia, The Kim-seng, pelukis jang nakal dan penjair jang brandal, jang buku-bukunja kau simpen sebagai mustika, lebih dari batu Giok jang kau paling sajang...... Ah, Aida, Ntjiku jang manis, aku bukan kanak-kanak lagi, aku sudah dewasa, dan lagi sekali aku katakan. Aku merdeka.....”

„Dia seorang jang bukan muda lagi, bukan djedjaka pula. Ia seorang jang sudah djatuh-bangun dalam lembah kehidupannja. Ia telah berusia 45 tahun, kau paham......?” Menerangkan Aida dengan pasti......

Jeanne bersenjum dengan segala keterangan itu.....

Aida tetap gelisah......