Halaman:Bidadari Binal.pdf/86

Halaman ini tervalidasi

80

TJILIK ROMAN'S

Kamudian dengan pasti Jeanne berkata. „Aku tahu apa jang aku mesti berbuat“ katanja.

Pengalaman datangkan paham,
Kesulitan membawa pengartian,
Tjinta tida ada penghabisan,
Semua adalah permulaan. . . . . .

Tiap Tjinta menjerbuh kehidupan,
Berarti awal perdjoangan,
Tjinta tida ada penghabisan,
Penghabisan hanja kematian,

Penghabisan dari fana,
Permulaan dari Baka. . . . . .

Kekalahan, kehantjuran, kegagalan,
Bukan dasar penghabisan,
Semua adalah permulaan. . . . . .

Bersenyumlah dalam kehantjuran,
Bekuhkan pahitnja penderitaan,
Tjinta tidak dengan kemusnaan,
Bukan tjinta tjita kehidupan. . . . . .

Demikian, seperti tirai telah membuka kisah dibabak pertama, Kim-seng diserbuh oleh Jeanne seperti telah ”diultimatumkan” olehnja. „Aku tahu apa jang aku nanti berbuat?“ dengan menjusul lain „Ultimatum“ dari Jeanne pada Kim-seng, djika ia menolak kedatangannja akan ada sensatie „Pagina-depan“ diharian Indonesia Timur dan Oost Indonesië Bode di Makassar. . . . . .

Nekatnja Jeanne njata tidak kepalang tanggung.

Mungkin nekat „istimewa“ ini tidak pernah ada dalam kisah. . . . . .