„BIDADARI BINAL”
81
Kim-seng sama sekali hilang akal, dan. . . . . . dalam bingungnja, ia tidak dapat ketemukan lain. . . . . . akal.
Malam itu, Jeanne makan bersama dimedja makan.
Malamnja tidur bersama dalam satu. . . . . . kamar.
Jeanne tukar pakeian dengan merdeka, menukar jurk dengan housecoat, seperti djuga Kim-seng suaminja jang resmi, seperti djuga mereka sudah saling mengarti, sama² menetapi djandji. . . . . .
Kim-seng tjukup sopan untuk pandang semua itu melangkai „perwatasan“, tetapi ia tidak berkwasa melawan. Ia hanja meram, melepaskan matanja dari segala pandangan. . . . . .
„Siotjia“ kata Kim-seng achir-achir. . . . . . „Apa saja boleh bilang jang kau terlalu brandal. . . . . .“.
„Memang. . . . . .“ djawabnja Jeanne. . . . . .
„Saja pertjaja kau seorang gadis. . . . . .“.
Jeanne memotong dengan tjepat „100% Ngko jang nakal. Kalau tidak pertjaja, pereksakan dokter. . . . . .“.
Kim-seng telan luda. Dengan menjerbu, ia merasa diserbu. . . . . .
„Apa kau tjintakan saja?“ Menanjak Kim-seng dengan berani. . . . . .
„Kita baru bertemu, tjinta belum sempat bertamu“ katanja Jeanne.
„Apa kau tjintakan saja?“ Mengulang Kim-seng.
„Tidak. . . . . .“ djawabnja Jeanne. . . . . .
„Djika demikian, mengapa kau datang, tinggal sekamar dengan saja? Apa kau tidak kuatir. . . . . .? He-hm, djangan lupa, saja satu manusia biasa, bukan pendita Zusje. . . . . .“ kata Kim-seng dengan undjuk aksi brandal. . . . . .
„Saja datang sebagai wakilnja Aida, dan saja nanti berbuat seperti apa jang Aida berbuat, saja