Halaman:Bie djin eng hiong.pdf/76

Halaman ini telah diuji baca

-70-

terlebih doeloe kaoe orang moesti lakoeken doeloe akoe poenja prentah."

Baeklah, ajahkoe, kita menginngken kaoe poenja kahendakan," saoet Kong Liat, „sekali poen hal itoe ada melanggar kita poenja pengrasahan kaadilan.

Tapi kaoe orang moesti bekerdja dengen soenggoe-soenggoe hati," kata lagi Tan Kian Wie, „dan, kaloe sadja kaoe orang teledor sehnigga membikin gagal ini oeroesan, kaoe orang moesti bersedia boewat menerima hoekoeman negri, sebab ini ada oeroesan dienst."

Itoe doewa soedara tjoema bisa membilang baek, dan teroes berlaloe. Kian Wie masoek ka roewangan jang lebih dalem, di mana biasanja iapoenja istri soeka doedoek mendjait atawa poen, menenoen kaen sebab ia ada satoe istri jang himat dan berboedi, sekali poen kadoedoekannja begitoe tinggi, toch ia selanmanja tida maoe tinggal berdoedoek senang dengen tida bakerdja satoe apa oleh kerna itoe djoega, semoewa boedjang dalem roemahnja senantiasa bakerdja dengen radjin dan pegang betoel masing-masing poenja kawadjiban.

Betoel sadja koetika Kian Wie sampe di itoe roewangan; istrinja djoestroe lagi bikin zool kaos kaki soewaminja, jang lantas berbangku sembari mengoendang doedoek koetika meliat soewaminja mendatengin. Kian Wie laloe berdoedoek di satoe korsi dekat sang istri, tapi iapoenja paras moeka seperti orang jang koerang senang dan berpikir keras.

„Soewami' koe, ini hari kaliatannja kaoe djoestroe koerang senang dan seperti banjak berpikir," kata sang Istri, apa akoe bisa taoe lantaran oeroesan apa?"

Dengen tida merasa lagi Kian Wie mengeiah napas.