Halaman:Bie djin eng hiong.pdf/99

Halaman ini telah diuji baca

-93-

doea tiga lie djaoenja, mendadak dari sabela blakang ada mendatengin satoe orang jang memboeroe sem­bari berseroeh:

„He, anak moeda, brenti doeloe ! kaoe tida nanti bisa menjingkir dari sini pada sabelonnja bikin pritoengan padakoe."

Ban Boe Tek merandek sembari berpaling, dan liat orang jang menjoesoel ada saorang jang berbadan sedang tapi tegap, koelit moekanja koening dan bengis, tapi di tangannja tida bersendjata satoe apa, salaennja satoe golok jang menggemlok di bebokongnja. la tjoema sendirian sadja Soeda tentoe sadja hal ini soeda membikin Ban Boe Tek jang djoestroe merasa bangga djadi memandang enteng, sebab kaloe bebrapa belas kawanan begal ia soeda bisa labrak sampe toempang sioer, masa ini satoe ia tida bisa kalahken? la lantas balikin badannja dan berdiri dengen malemboengin dada.

„Kaoe maoe apa menjoesoel padakoe?" menanja ia dengen angkoeh. „Apa kaoe ingin rasaken akoe poenja golok ini ?"

Sembari berkata begitoe ia lantas menjaboet goloknja dan pasang koeda-koedanja boewat menjaboet serangan atawa poen moelai menjerang. Itoe orang jang koelit moekanja koening meliat itoe laga, lantas sadja djadi tertawa bergelak gelak, kamoedian ia ber­kata :

„Kaoe ini sasoenggoenja ada satoe anak jang masi sangat idjo, ibarat anak sampi jang tida takoet pada matjan; tapi akoe sangat hargaken kaoe poenja tabeat jang gagâ dan brani. Boewat sekarang tida oesa ba­njak bitjara, kaloe sadja kaoe bisa menangin akoe dengen senang kaoe boleh berlaloe dari sini. Hajoh sekarang kaoe boleh moelai doeloe."