Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/115

Halaman ini tervalidasi

107

Dapur umum yang dibentuk Badiah mempunyai 5 pasukan dapur, antara lain sebuah dapur khusus membuat lauk pauk tahan lama untuk dikirim ke garis depan. Sebagai ketua umum Badiah berkewajiban mengawasi semua pekerjaan dan menjadi penghubung dengan pihak pemerintah. Pada masa mempertahankan kemerdekaan tersebut, tidak sedikit para pejuang bangsa yang gugur. Sebagai pejuang garis belakang Badiah termasuk sibuk dalam mengurus mayat-mayat pejuang yang gugur.

Kesibukan Badiah tidak hanya itu saja. Ketika pemerintah menganjurkan penduduk Kebumen mengungsi, Badiah pun tidak tinggal diam. Sebagai isteri dokter, ia turut mengurus rumah sakit dan mengungsikan penderita-penderita yang sedang dirawat. Bila keadaan tenang kembali iapun sibuk membantu para pengungsi untuk kembali ke tempatnya. Kondisi demikian berlangsung cukup lama, namun Badiah tetap tekun dan bersemangat menjalankan tugasnya.

Pada waktu terbentuk sebuah badan oleh PMI untuk tukar menukar penduduk RI yang berada di daerah pendudukan Belanda dengan keluarga-keluarga bekas anggota KNIL, Badiah turut pula berpartisipasi. Ia menyediakan rumahnya yang cukup besar sebagai tempat bermalam bagi mereka yang akan meneruskan perjalanan ke Jakarta, atau sebaliknya ke Yogyakarta. Karena surat-surat mereka harus diperiksa oleh kedua belah pihak, maka mereka harus bermalam di Kebumen yang merupakan daerah tinggal Badiah Moerjati Goelarso.

Bila rombongan yang meneruskan perjalanan tersebut cukup banyak, Badiah tetap menyediakan tempat bagi mereka. Nampaknya partisipasi yang dilakukan Badiah tidak tanggung-tanggung. Ia tidak hanya menyediakan tempat saja, tetapi juga makanan. Bersama teman-temannya Badiah menyelenggarakan dapur umum untuk memberi makan para rombongan sesuai kebutuhan.

Pada waktu terjadi agresi militer Belanda II, rumah Badiah Moerjati dikepung oleh Belanda. Juga Rumah Sakit Kebumen