Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/60

Halaman ini tervalidasi

52

di pengurus Rooms Katholieke Meisyes School Mendut), RA. Sutartinah yang setelah menikah bernama Nyi Hajar Dewantoro, RA. Sulastri, setelah menikah bernama R. Ay. Suyadi Darmoseputro seorang perintis dan pendiri organisasi "Wanita Katholik", RM. Sidarto Sosroningrat, RA. Sukemi, lebih dikenal sebagai Zuster Maria Clara, seorang wanita Indonesia yang pertama menjadi biarawati Katholik, RA. Sukirin, dan RM. Sancoyo Sosroningrat (pada zaman pemerintahan Hindia Belanda beberapa kali mewakili golongan nasionalis Katholik di dalam Gemeente Raad dan pada zaman permulaan revolusi tahun 1945 menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai wakil rakyat Sumatra Selatan.

Di samping itu KPH. Sosroningrat masih mempunyai empat orang putera lagi dari isteri yang lain. Adapun keempat putera puterinya tersebut yaitu: Dr. H. RM. Notoningrat, RM. Prawironingrat, Surojo seorang tokoh Sarekat Islam Bogor, dan RA. Sutapsilah. Jadi jumlah putera-puteri KPH. Sosroningrat semuanya sebelas orang. Apabila diurutkan sesuai dengan usianya sebagai berikut: Dr. H. RM. Notoningrat, RM. Prawironingrat, RM. Surojo, RA. Sumardinah, RA. Sutapsilah, RA. Sutartinah, RA. Sulastri, RM. Sidarto Sosroningrat, RA. Sukemi, RA. Sukirin, dan RM. Sancoyo Sosroningrat.

Mungkin kita merasa heran bahwa putra putri KPH. Sosroningrat ternyata memeluk agama yang berbeda-beda. Dr. H. RM Notoningrat, RM. Prawironingrat, RM. Surojo, RA. Sutapsilah, dan RA. Sutartinah memeluk agama Islam, sedang lainnya memeluk agama Katholik. KPH. Sosroningrat beranggapan bahwa azas kemerdekaan itu berada di atas segala-galanya, termasuk kemerdekaan bagi putera-puterinya dalam memilih agamanya masing-masing. Itulah sebabnya KPH. Sosroningrat memberi kebebasan kepada putera-puterinya untuk memeluk agama yang sesuai menurut pendiriannya.

KPH. Sosroningrat dan isterinya selalu mendidik putera-puterinya untuk hidup prihatin dan tahu keadaan. Apa yang lebih