Halaman:Boekoe Tjerita Graaf De Monte Christo - 08.pdf/32

Halaman ini tervalidasi

— 458 —

nanti memboenoeh diri.“

Toewan Morrel bergerak selakoe maoe -perloetoet di depan anaknja, aken njataken soekoer hatinja. Maximiliaan lantas memeloek padanja itoe, hingga dada bapanja djadi menempel pada dada anaknja, sedeng ija-orang poenja hati ijang toeloes, boleh dikataken ada memoekoel-moekoel satoe pada lain.

„Kaoe tentoe taoe, “ kata Mijehot ; iba hoewed akoe fida bersa- : lah satoe apa di dalem pekerdjainkoe.“

Maximiliaan bermanggoet dan laloe berkata: „Saja taoe ajahkoe, ijang kaoe ini seorang paling berhati bresih di antara orang-orang ijang saja kenal.“

„Sekarang kita soedah omongken habis segala perkara,“ kata poela Morrel: „maka baiklah kaoe pergi kombali pada iboe dan soedaramoe.“

„Ajahkoe!“ kata Maximilian sambil berloetoet „berkatihlah anakmoe ini.“

Toewan Morrel lantas peloek kapala anaknja dengen tempelken itoe pada hatinja sendiri dan tjioemi djidatnja bebrapa kali. Kemoedian ija berkata:

„Ja, ja, akoe berkatih kaoe dengen namakoe dan namanja ajahkoe serta hatikoe ijang tida sekali bernoda. Dengerlah, apa ijang akoe kataken dengen moeloetkoe: Nama kita ijang terdjatoh dengen lantaran katjilakaan, nanti didiriken kombali oleh Toehan ijang Maha koewasa. Lantaran melihat akoe mati tjara begini, orang ijang berhati begimana keras, nanti merasa kasihan padakoe, hingga brangkali djoega ija nanti membri tempo padamoe, maskipoen ija-orang tida nanti maoe membri tempo padakoe, sekalipoen akoe meminta; maka biarlah kaoe tjari akal dengen sebrapa bo-