Halaman:Boekoe Tjerita Graaf De Monte Christo - 4.pdf/39

Halaman ini tervalidasi

— 231 —

bali; tapi sesoedahnja kerdja bebrapa djam, ija dapetken satoe halangan: ija poenja besi pengorek, jaitoe gagang koewali besi, bertemoe pada barang keras ijang litjin dan tida dapet digoegoerken sedikit-sedikit sebegimana pasir dan kapoer. Kemoedian Dantes mendapet taoe dengen mengoesoet-oesoet, bahoewa barang itoe soewatoe balok adanja; maka sangetlah ija merasa doeka: sekarang poen ija misti menggasir lagi di sebelah bawah atawa sebelah atas dari balok itoe. Ija tida mendoega aken dapet itoe sangkoetan: maka dengen doeka hati ija berkata:

„Ach, Allah! hamba toch sering-sering soedah bermoehoen dengen segenap hati, soepaja dikasihani, hingga hamba ada poenja pengharepan ijang permoehoenankoe nanti terkaboel. Ja. Allah! sesoedahnja Toehan hilangken kesenangankoe, hingga hamba ingin mati. Toehan gerakken poela hatikoe aken tjintai kehidoepan; sekarang biarlah Toehan berkasihan, djangan biarken hamba mati dengen lantaran poetoes harepan!"

„Begimanatah orang boleh bitjara dari hal Allah dan bitjara djoega dari hal poetoes harepan!" kata soewara ijang keloewar dari dalem tanah dan terdenger oleh Dantes seperti keloewar dari koeboeran. Dantes merasa bangoen sekalian boeloe badannja, hingga maskipoen sedeng berloetoet, ija mengisar djoega ka belakang.

„O, Allah! itoelah soewara manoesia!" kata poela Dantes dengen soewara perlahan. Sesoedahnja berdiam sakoetika lamanja. Dantes berkata poelah:

„Kerna Allah ijang moerah! siapa djoega ijang soedah bitjara, biarlah bitjara poela, kendatipoen soewaramoe ada mengeriken padakoe. Siapatah kaoe?"