Halaman:Boekoe Tjerita Graaf De Monte Christo - 4.pdf/57

Halaman ini tervalidasi

— 249 —

djaoehnja, boekan ?"

„Akoe kira begitoe."

„Nah kaloe begitoe, baiklah dari tengah djalan itoe kita gali lagi satoe tjabang. Kaloe kita-orang bisa keloear, kita boenoeh itoe orang djaga dan teroes lari. Aken dapet menjampeken maksoed itoe, hanja tjoema perloe keberanian; tabiat itoe kaoe ada poenja dan akoe djoega tida koerang berani. Hal kesabaran akoe tida bitjaraken lagi sebab kaoe telah membri penjaksian dan akoe aken tida mengoendjoekken kesabarankoe."

„Sabar sedikit sobatkoe," sahoet Padri Faria, „kaoe tida bisa taoe hal keadaän keberaniankoe dan begimana akoe aken goenaken keberanian itoe. Hal kesabaran, akoe kira ijang akoe ada sampe sabar, sesoedahnja bekerdja siang, moelai pada malam poela. Aken tetapi sesoedahnja........ Denger baik-baik, he anak moeda! — sesoedahnja akoe baroe mendapet inget pada Allah, kerna tida hendak melepasken seorang machloeknja, ijang dari sebab tida berdosa."

„Nah, apakah tida tinggal tetap keadaän itoe? Apakah kaoe tida berdosa sebab berdjoempa dengen akoe?" berkata Dantes.

„Tida, akoe tida berboeat dosa. Kendatipoen pada masa ini akoe tjoema melawan djoega hal-halijang tida bernjawa, tetapi kaoe telah mengadjak padakoe aken melawan pada sesama manoesia. Akoe bisa menggali lobang dalem tembok, tetapi akoe tida maoe menikam orang dan tida maoe membinasa djiwanja orang."

Dantes terperandjat mendengar kata padri Faria itoe.

„Begimana?" bertanja ija „apakah kaoe lebin soeka tertoetoep disini hingga mati dari pada melawan pada