Halaman:Boekoe Tjerita Graaf De Monte Christo - 4.pdf/59

Halaman ini tervalidasi

— 251 —

ijang baik sadja, pertjajalah padakoe; dan djika dateng waktoe itoe, kita nanti lari bersama-sama."

„Kaoe soedah bisa menoenggoe begitoe lama," kata Dantes sambil menarik napas, „sebab kaoe selamanja ada bekerdja menghilangkan waktoe dan djika kaoe tida bekerdja, dengen apa kaoe ada pengharepan ijang pekerdjaänmoe pada achirnja aken berhasil ?"

„Tetapi boekan itoe sadja pekerdjaänkoe." Kata Padri Faria.

„Apakah pekerdjaänmoe lagi?" bertanja Dantes.

„Akoe menoelis dan beladjar."

„Apakah orang memberi pekakas toelis padamoe?"

„Tida, tapi pekakas itoe akoe bikin sendiri."

„Kaoe bikin kertas, pena dan tinta sendiri?"

„Memang!"

Dantes memandang Padri Faria dengan heran, tapi ija masih ada koerang pertjaja aken pengakoeannja itoe.

Padri Faria mengarti ijang Dantes tida pertjaja dari itoe ija berkata:

„Kaloe kaoe kapan dateng padakoe, nanti akoe kasi lihat apa ijang akoe soedah toelis, ijaitoe pendapetan dari pikirankoe dan dari pemandangankoe dalem segenap hidoepkoe. Karangan itoe akoe soedah bikin tatkala akoe masih soeka berdjalan-djalan dalem Colijseum di Rome, tatkala akoe berenti dibawah mertjoe St. Marens di Venetie, tatkala akoe berdjalan-djalan ditepi soengai Arno di Florence, dan ijang akoe tida kira ijang akoe bisa menoelis sehingga tamat dalem toetoepankoe ini. Karangan itoe ijalah ada satoe Rentjana hal membikin Italie mendjadi satoe Keradjaän."

„Dengen apatah kaoe soedah toelis rentjana itoe?"

„Dengen kemedjakoe doewa helai. Akoe telah mendapeti