Halaman:Boekoe Tjerita Graaf De Monte Christo - 4.pdf/65

Halaman ini tervalidasi

— 257 —

dapet kombali kemerdikaänkoe serta akoe bisa mendapeti seorang penjitak, tentoelah akoe soeroeh tjitak rentjana ini, dan nistjajalah akoe djadi seorang ijang termasjhoer."

„Itoe akoe tida heran," sahoet Dantes „tapi dimana adanja kaoe poenja pena?"

„Inilah," kata Padri Faria, dan ija toendjoekken sepotong kajoe ketjil ijang pandjangnja anem dim dan di oedjoeng kajoe itoe di-ikatken olehnja toelang ikan ijang di tadjami dan di belah seperti pena. Itoe toelang ikan masih hitam bekas tinta.

Dantes memandang pena itoe dan setelah soedah, matanja mentjari lagi itoe pekakas ijang Padri Faria soedah bisa membikin tadjem toelang itoe.

„Ha," kata Padri Faria „kaoe tjari itoe piso boekan? Itoelah ada soewatoe kapandeankoe ijang oetama. Inilah dia; piso ini akoe bikin dari tempat lilin ijang terboewat dari besi."

Setelah dilihat piso itoe oleh Dantes, njatalah ijang itoe ada sama tadjamnja dengen piso tjoekoer dan piso itoe boleh digoenaken djoega seperti sendjata. Segala pekakas-pekakas itoe oleh Dantes diheranken seperti orang-orang doesoen melihat barang djika marika itoe dateng dalem toko besar.

„Perkara tinta, kaoe taoe begimana akoe bikin? dan akoe tjoema membikin sekedar akoe perloe pake sadja."

„Tetapi ada satoe perkara ijang akoe tida mengarti," kata Dantes „,begimana kaoe bisa habisken ini rentjana, dalem sementara kaoe tida bekerdja menggali lobang itoe?"

„Sebab akoe bekerdja djoega pada waktoe malem."

„Waktoe malem? Apakah kaoe ada mempoenjai mata seperti koetjing aken melihat digelap ?"