Halaman:Boekoe Tjerita Graaf de Monte Christo - 1.pdf/50

Halaman ini tervalidasi

— 35 —

Fernand bergerak, salakoe orang ijang djadi goesar.”

„Akoe mengarti aken niatmoe, Fernand!” kata poela Mercedes: „kaoe ada niatan aken membinasaken dia, dari sebab akoe tida tjinta kapadamoe: kaoe bole adoe pisomoe ijang besar, dengan goloknja orang itoe. Tapi, apatah goenanja itoe? Kaloe kaoe kalah, kaoe tiada nanti djadi sobatkoe lagi, dan kaloe kaoe menang, kaoe nanti lihat, ijang persobatankoe kapadamoe berobah djadi kebentjian. Pertjajalah padakoe! perkara berklahi sama saorang, itoelah boekan soewatoe djalan boewat senangken hatinja orang prampoewan, ijang di, tjintai orang itoe. Maka djanganlah kaoe toeroeti ingatanmoe ijang djahat, Fernand! Dari sebab kaoe tiada mendapet akoe ini boewat djadi istrimoe, biarlah kaoe senang hati dengan memandang padakoe seperti ada satoe soedara dan sobat; dan lagi,” kata poela Mercedes itoe, dengan berlinang ajer mata: „dengarlah, Fernand! tadi kaoe ada berkata, bahoewa laoetan tiada boleh dipertjaja, dan sampe pada sekarang ini, soedah kalihatan ampat boelan meliwat, sadari orang itoe pergi berlajar, dan di dalam tempo itoe sering kali akoe mendapat lihat angin riboet jang ada di fihak laoet.”

Fernand tinggal berdiam: ija tida tjoba aken hiboeri Mercedes, soepaja brenti toeroennja nona itoe ampoenja ajer mata, jang mengoentjoer pada kiri-kanan pipi, oleh sebab merasa koewatir di dalam hati; Sedang begitoe, Fernand itoe ada merasa, jang djikaloe ajer mata itoe ada toeroen boewat dia, dia nanti soeka membajar itoe dengan darah badan sendiri: aken tetapi ajer mata itoe ada mengoetjoer boewat lain orang.