Halaman:Boekoe Tjerita Graaf de Monte Christo - 1.pdf/60

Halaman ini tervalidasi

— 45 —

itoe Caderousse jang mabok dan Fernand jang ampir djadi gila oleh kerna merasa doeka dan sakit hati.

„Ini doewa orang goblok tiada bergoena satoe apa", kata Danglars di dalem hati: „akoe rasa, sekarang ini akoe ada berdoedoek di antara saorang pemabokan dan saorang pengetjoet. Ini si hati dengki soeda djadi poesing lantaran anggoer, sebetoelnja ia tida pantas djadi bagitoe, ini satoe bantong tinggi ijang dirampas nona katjintaännja dari depan hidoengnja sendiri, ia hiboeri sadja hatinja dengan mengelah napas dan menangis selakoe anak ketjil. Sedang bagitoe, ia bisa mengaloewarken kilat dari pada mata, seperti orang-orang Spanje dan Sicilië, ijang amat pande membalas sakit hati pada sasama manoesia: lain dari begitoe, kepelannja bantong ini, ada sampe besar aken dipake remoekken kepala banteng, seperti martilnja toekang djagal. Tapi toch ia lembek sekali! Soenggoeh! itoe Edmond ada beroentoeng bagoes ija nanti kawin sama itoe nona eilok, ija nanti djadi kapitein dan nanti tertawaken kita orang . . . . ijaitoelah saändenja akoe berdiam sadja."

Sambil kataken itoe omongan jang paling belakang, Danglars itoe tersenjoem.

„Hola!" kata poela Caderousse dengen treak, sambil menoemboek pada medja: hei! Edmond! apa kaoe tiada lihat sobat-sobatmoe, apa kaoe soedah djadi angkoeh sekali?"

„Tida, sobatkoe Caderousse! sahoet Dantes: „boekan sekali akoe ini djadi angkoeh, hanja ada merasa amat beroentoeng, hingga tiada beringat pada lain hal."

„Kaloe begitoe, ada lain perkara," kata Caderousse: „Haha! tabe Njonja Dantes!"

Mercedes memanggoet, laloe berkata: „Nama itoe belon