Halaman:Boekoe Tjerita Graaf de Monte Christo - 11.pdf/56

Halaman ini tervalidasi

— 660 —

disangkanja prampoewan itoe barangkali djoega patoeng atawa gambar-gambaran adanja."

Sekalian ijang denger omongannja Albert itoe, ada djadi merasa heran dan memandang padanja selakoe maoe berkata; apa kaoe soedah djadi gila, atawa membikin gila sama kita-orang?

Sesoedah berselang sesaät, Morrel berkata dengan perlahan: „Ja saja soedah taoe dengar satoe matroos toewa nama Penelon menjeritaken satoe hal begitoe, sebagimana ijang ditjeritaken baroesan oleh toewan de Morcerf."

„Oh!" kata Albert:,,soekoer sekali ada ini toewan Morrel aken menoeloeng padakoe."

„Brilah maäf padakoe, sobat!" kata de Bray pada Albert; „tapi kaoe telah tjeritaken djoega satoe perkara ijang tida bisa djadi."

— „Sedeng begitoe, tjeritakoe ada dengen sebenarnja."

— „Itoelah tentoe dari sebab kaoe poenja Graaf itoe boekan manoesia adanja. Temponja ija soedah lepasken kaoe dari bahaja kematian, apa ija tida minta kaoe menanda tangan di satoe kertas berwarna merah, aken tandanja kaoe soedah djoewal djiwamoe padanja ?"

— „Ha! apa kaoe kira dia itoe oetoesan dari noraka? Tapi kaloe saja berpikir dari hal dia itoe, adalah djoega saja merasa, ijang dia itoe ada lain sekali dari pada kita semoewa."

„Ha, dengerlah, Albert!" kata de Bray: „itoe lontjeng berboenji aken wartaken poekoel sepoeloeh setengah."

„Sekarang djanganlah soeroeh kita menoenggoe lebih lama jagi," kata Beauchamp: „marilah kita doedoek makan dan minoem."

Sedeng begitoe, boenjinja lontjeng belon berenti betoel