Halaman:Boekoe Tjerita Graaf de Monte Christo - 2.pdf/35

Halaman ini tervalidasi

— 93 —

„Saja sendiri djadi bergoembira, kaloe melihat matanja satoe pesakitan djadi mentjorot oleh kerna amarah," kata poela Villefort itoe: „pada waktoe begitoe boekanlah ada perbantahan, hanja ada perkalahian di antara pesakitan itoe dan saja: ija melawan padakoe, sedang saja menjerang padanja, dan achirnja perkalahian itoe sebegimana biasa djoega: saorang menang, saorang kalah. Begitoelah halnja perbantahan di hadepan pengadilan. Orang ijang berkalahi, dari sebab takoet kalah, ija kaloewarken sekalian tenaganja; oráng ijang berlawanan bitjara, dari sebab ingin menang, ija poen kaloewarken kapintarannja. Djikaloe sehabis bitjara, saja ditertawai oleh pesakitan, tentoelah saja djadi merasa, bahoewa bitjarakoe tida bagoes, segala omongkoe tawar adanja dan tida ada kekoewatannja; tapi ingatlah, bagimana senang hatinja satoe Procureur Baginda Radja, djikaloe ija ada rasa njata kasalahan si pesakitan, dan dengen satoe pertanjaän ijang tadjam, pesakitan itoe djadi poetjat, koentjoep dan lemas. Pesakitan itoe toendoekken kapalanja, dan kapala itoe djadi berteko!!"

„Ah!" kata nona René, sebeg imana rasanja orang ijang mendengerin.

„Itoelah bitjara bagoes!" kata satoe tetamoe ijang dengari Villefort itoe berkata-kata.

„Njatalah, ijang Toewan Villefort ini ada djadi saorang ijang bergoena besar pada negri di ini tempo," kata saorang lain.

„Di dalam sidang ijang paling belakang, kaoe poen soedah bitjara tadjam sekali, Villefort!" kata tetamoe ijang katiga: „Tiadakah begitoe, tempo kaoe menindih pada itoe orang ijang soedah boeroeh bapanja sendiri? Kaoe matiïn