Halaman:Boekoe Tjerita Graaf de Monte Christo - 2.pdf/36

Halaman ini tervalidasi

— 94 —

orang itoe, pada sabelon algodjo merabah padanja."

„O! hal saorang ijang boenoeh bapanja sendiri," kata poela nona René:,,itoelah saja tida maoe perdoeli, tida ada hoekoeman ijang tjoekoep beratnja aken hoekoemi manoesia begitoe; aken tetapi, boewat saorang ijang diterka bersalah di dalam perkara negri!....."

„Perkara itoe ada lebih besar lagi, Nona!" kata Villefort: „kerna soewatoe radja ada djadi bapanja rahajat, hingga perkara djatohken atawa boenoeh Baginda Radja, ada sama dengen memboenoeh pada bapanja antero rahajat Frankrijk.

„Ach, saja tida maoe ingat begitoe, Toewan Villefort!" sahoet René: „Apa kaoe soeka berdjandji padakoe, ijang kaoe nanti berhati moerah aken orang-orang ijang saja nanti oendjoek?"

„Senangkenlah hatimbe!" sahoet Villefort dengen tersenjoem:,,kita berdoewapoen memang bakal-membikin soerat perdjandjian!"

Di itoe waktoe djoega datanglah satoe boedjang, ijang membilang pada Villefort dengen berbisik, Toewan ini lantas meminta maaf pada sekalian tetamoe, berbangkit dari korsinja dan teroes djalan kaloewar roemah. Dan tida lama kemoedian ija datang kombali dengen bersenjoem, sedang nona René memandang tetap padanja dan ingin taoe mengapa ija misti pergi di loewar.

„Ada perkara amat besar!" kata Villefort itoe: „dan kaloe benar adanja apa ijang orang bilang padakoe, brangkali djoega orang ijang salah di dalam ini perkara, nanti poetoes lehernja."

„Allahkoe!" kata nona René, sedang parasnja djadi poetjat.