Halaman:Boekoe Tjerita Graaf de Monte Christo - 3.pdf/32

Halaman ini tervalidasi

— 158 —

— „Sekarang di mana adanja itoe orang ijang kaoe telah tangkep?“

— „Di dalem pendjara, Toewankoe!“

„Apa kaoe ada rasa banjak koewatir, oleh kerna adanja itoe perkara djahat?“ kata poela Baginda.

„Bener sekali, Toewankoe!" sahoet Villefort: „hingga hamba sedeng doedoek berdjamoe pada harian hamba bertoendangan, hamba soedah berlaloe dari perdjamoean itoe, meninggalken toendangan dan sekaliar sobatkoe, dan oendoerken segala perkara sampe di lain tempo, soepaja lantes boleh berangkat aken sampeken warta pada toewankoe.“

— „Oh, ja! boekankah telah ada perniatan, aken hal kawinan di antara kaoe dan Nona de Saint Méran?“

— „Ja, Toewankoe! dia itoe anaknja satoe hambamoe ijang setia.“

— „Bener sekali; tapi biarlah kita mengomong kombali dari hal itoe kawanan djahat.“

— „Toewankoe! hamba selempang, ijang kawanan itoe boekan kawanan ketjil, sebagimana ijang telah sering terdjadi, hanja satoe perkoempoelan besar ijang berkoewasa besar sekali.“

„Di dalem ini tempo,“ kata Baginda dengen bersenjoem „satoe niatan djahat ada gampang terdjadi, aken tetapi soesah dipergoenaken; kerna setelah kita dapetken kombali tachta Aki-mojangkoe, kita-orang soedah lantas menilik baik-baik pada tempo ijang telah berlaloe dan pada tempo ijang bakal dateng; soedah sepoeloeh boelan mantri-mantrikoe ada berati-ati sekali di dalem hal mendjaga tanah-tanah di pasisir Laoetan Tengah-darat. Kaloe Bonaparte