Halaman:Boekoe Tjerita Graaf de Monte Christo - 6.pdf/65

Halaman ini tervalidasi

— 373 —

— „Baik. Toewankoe!“

Kemoedian Caderousse itoe djalan pergi mengambil anggoer, dan tempo ija dateng kombali, ija dapetken toewan Pendita ada doedoek di bangkoe ketjil dengen menaro sikoet di atas medja dan tekap djidatnja dengen kadoea tangan.

„Apa kaoe ada sendiri sadja ?“ kata itoe Pendita pada Caderousse ijang dateng membawa anggoer dan gelas.

„Ja, Toewan, saja maoe bilang ampir ada sendirian sadja, sebab saja poenja bini tida bisa membantoe padakoe dari sebab ija ada sakit selamanja.“

„Ha! kaoe ada beristri,“ kata poela itoe Pendita sambil melihat koeliling, seperti hendak taksir harganja perabot ijang tida banjak adanja.

„Kaoe lihat, ijang saja ini tida kaja, Toewan Pendita!“ kata poela Caderousse: „ija, soedah beginilah adanja peroentoengankoe: di doenia ini poen, kendati orang berhati toeloes, kaloe atsal melarat, soesah djoega aken terlepas dari kamelaratan.“

Toewan Pendita lantas mengawasi dengen mata tadjem pada Cadarousse itoe.

„Ja, saja brani bilang, ijang saja ada berhati toeloes, Toewan!“ kata poela Caderousse sambil tetap memandang pada moėka Pendita dan merabah pada dadanja sendiri: „dan di ini djeman tida semoewa orang bisa bilang begitoe dengen sepantasnja.“

„Soekoer sekali, kaloe bener kaoe ini seorang berhati toeloes,“ kata itoe Pendita: „kerna dengen lekas atawa dengen lambat, orang ijang baik, nanti tergandjar; orang ijang djahat, nanti terhoekoem; itoelah saja boleh tentoeken.“

—„Satoe Pendita boleh sekali berkata begitoe tapi boe-