Halaman:Boekoe Tjerita Graaf de Monte Christo - 7.pdf/63

Halaman ini tervalidasi

— 431 —

itoe orang asing memandang padanja dengen merasa amat kasihan.

Tida terdenger lagi boenjinja kaki ijang bergoemoeroeh tadi; tapi toewan Morrel ada kalihatan seperti menoenggoe apa-apa: orang-orang berdjalan dengen roesoeh, itoe poen tentoe ada sebabnja. Sigra djoega terdenger kombali boenji kakinja bebrapa orang ijang berdjalan dengen perlahan, dan boenjinja itoe ada mendatengi. Satoe koentji kadengeran di masoekken pada lobangnja pintoe, dan laloe terdenger pintoe diboekaken.

„Doewa orang sadja ada pegang koentjinja pintoe itoe,“ kata toewan Morrel; „jaitoe Cocles dan Julie.“

Di itoe waktoe djoega terboekalah pintoe ijang kadoewa, laloe kalihatanlah nona Julie ijang dateng dengen moeka poetjat dan basah dengen ajer mata. Morrel berdiri dengen goemetar dan memegang pada senderen korsi. Ija hendak menanja, tapi tida bisa mengeloewarken soewara.

„Ajahkoe! kata itoe nona sambil takapken tangan kanan dan kiri: ampoenilah anakmoe ini ijang membawa kabar djelek!“

Toewan Morrel djadi sanget poetjat, dan Julie dateng mengamperi, laloe peloek poendaknja.

„Ach, ajahnja! ajahkoe! koewatkenlah hatimoe!“ kata Nona itoe.

„Apa kapal Pharao djadi binasa ?“ kata Morrel dengen perlahan.

Nona Julie tida menjahoet, tapi memanggoet.

„Orang-orangnja begimana?“ kata poela toewan Morrel.“

„Katoeloengan oleh itoe kapal Bordeaux ijang tadi baroe masoek ka pelaboehan di sini.“ sahoet Julie.