28
dja'oeh, sekalian orang-orang tadi tida karoean ke'mana piginja, tjoema tinggal ija sa'orang sendiri, berdjaian di mana soewatoe oetan njang besar, serta ija berbalèk belakang tida keliatan lagi barang sa'orang penganternja, ija djadi katakoetan sekali, hendak kembali tida taoe dan tida boleh tertjari, di mana djalannja tempo bermoela dateng tadi, tjoema kedengeran dipinggir djalan siloe ada soewara orang njang mémanggil-manggil: „Toewankoe! hendak pigi ke'mana!”
Keizer denger itoe panggilan lantas angkat moekanja, keliaian ada sa'orang berpake kopiah beloedroe item, berbadjoe soetra merah, iket pinggangnja tersoelam binatang warak, langannja ada pegang semlah gading gadjah, orang itoe berloentoet ada di samping djalan sembari berkata; „Tuewankoe! hamba minta maaf, njang hamba tida dja'oeh-dja'oeh, menjamboet Toewankoe poenja dateng.”
Keizer menanjak: „kamoe ini orang siapa?”
Itoe orang menjaoet: „tempo hamba hidoep di doenia, ada berkerdja pada Toewankoe poenja Bapa, ija-itoe almarhoem Baginda Keizer Lie Ijan, hamba berdjabat pangkat Assitent-Resident ada di kota „Hoei tjioe,” kamoedian hamba terangkat „Lee pouw sie long” hamba bernama Tjohei Kak, sekarang hamba ada memangkoe at acherat poenja pangkat secretaris, kapan hari Radja-Naga ada berklacht, hendak tarik Toewankoe di hadepan hoekoem,