Pada djaman karadja'än „Taij Tong Tiauw” di loewar kota „Tiang'än”, di pinggir laoetan „Kinghoo", ada idoep 2 orang lalaki, njang pinter dari ilmoe soerat, satoe bernama Tio Siauw pentjariannja mengambil ikan, njang satoenja bernama Lie Ting, pentjariannja mengambil kaijoe, 2 orang ini sekalipoen telah terseboet ada itoe kapinteran, aken tetapi tida sampe marika ber'oleh pangkat, sebab dari itoe maka ija tetep selamanja meneroesken itoe pentjari'än sadja, aken djadi kahidoepannja.
Pada soewatoe hari Tio Siauw Soeda djoewal ikannja, Lie Ting djoega poen telah lakoe kaijoenja, ija berdoewa ada mampir dalem satoe waroeng-arak, bersama doedoek minoem dengen seneng hati, sasoedanja kenjang, kaloewar dari itoe waroeng, plahan-plahan sama berdjalan di tepi laoetan, sembari mengomong.
Tio Siauw berkata: „sobat! orang-orang njang hidoep di doenia ini, banjak sekali njang sama mereboet pangkat dan pengidoepan, sahingga mendjadiken dia orang poenja kematian dan kamelaratan sendiri, tida lawan seperti kita berdoewa ini, maskipoen menebar ikan di laoet, dan menebang kaijoe di goenoeng, tjoekoep djoega boewat kita orang poenja kahidoepan, dengen segala seneng hati."
Lie Ting menjaoet: „betoel sekali sobat poenja omongan, aken tetapi di laoet poenja se-