Halaman:Bujang Piaman Jo Puti Payuang Lauik.pdf/11

Halaman ini telah diuji baca

Pada waktu yang telah ditentukan dibukalah gelanggang oleh Raja Janang: Puti Payuang Lauik dengan diiringi oleh inang pengasuh dan beberapa orang tua masuk ke gelanggang. Dia melihat-lihat kalau Bujang Piaman sudah datang.

Raja Janang dalam acara pembukaan gelanggang ini memberi nasihat pada peserta agar dalam segala permainan yang diadakan hendaklah berlaku jujur, sebab gelanggang ini bukan tempat perselisihan, tetapi untuk bersenang-senang.

Setelah sepekan gelanggang dibuka Bujang Piaman dengan dua orang temannya belum pernah kalah menyabung ayam karena ayamnya memang ayam pilihan yang dibelikan ayahnya di Padang. Dalam bermain silat dia juga selalu menang karena badannya besar dan tinggi.

Ketika Puti Payuang Lauik disuruh memilih siapa yang akan dipilih untuk jodohnya, dia diam saja sampai sudah tiga kali orang menanyai. Ibunya langsung menegur agar Puti Payuang Lauik menjawab supaya bapaknya jangan sampai marah. Dengan terpatah-patah dia menjawab bahwa pilihannya ialah Bujang Piaman tidak ada yang lain.

Mendengar jawaban Puti Payuang Lauik semua orang kaget, lebih-lebih Tuanku Parik Batu ayah Puti Payuang Lauik, sebab dari kecil dia sudah dipertunangkan dengan kemenakannya Sutan Lembak Tuah. Di samping itu karena Bujang Piaman bukan dari kalangan raja maka dalam adat dilarang keras untuk kawin. Ayahnya mengusulkan pada Raja Kajai sebagai panitia dalam acara mamancang galanggang ini agar jangan mendengarkan jawaban Puti Payuang Lauik karena dia masih dianggap anak-anak kemung- kinan tertarik karena keindahan pakaian Bujang Piaman dan biarlah ditunggu seminggu lagi kemudian ditanya lagi. Dua hari kemudian ibunya datang kepada Puti Payuang Lauik untuk membujuk agar dia menukar pilihannya. Kalau sekiranya dia tidak suka

kepada Sutan Lembak Tuah, masih banyak dari kalangan raja-raja yang dapat dipilih. Misalnya, Raja Sasak atau Air Bangih semuanya tampan-tampan. Akan tetapi, dengan tegas Puti Payuang Lauik menjawab bahwa pilihannya itu tidak dapat diganti lagi dan diam dalam seribu bahasa. Kemudian ayahnya sendiri datang untuk

10