membujuk agar Puti Payuang Lauik menukar pilihannya dengankemenakan Sutan Lembak Tuah, tetapi juga tidak berhasil. Dia menyatakan lebih baik mati daripada dia mungkir janji kepada Bujang Piaman. Mendengar jawaban anaknya, Tuanku Parik Batu menangis.
Sehari kemudian sedang Tuanku duduk termenung, datang kemenakannya Sutan Lembak Tuah untuk meminjam keris karena dia ingin melawan Bujang Piaman bersilat untuk melampiaskan sakit hatinya. Tapi Sutan Lembak Tuah dinasihatkan oleh paman- nya agar gelanggang ini jangan dijadikan tempat kerusuhan karena nanti akan menjelekkan namanya sendiri. Sebab, dia sudah tahu betul bagaimana Bujang Piaman, yakni seorang pemuda yang sopan.
Kalau dalam pertarungan itu dia tertusuk oleh keris mąka dia akan mati karena keris ini adalah keris pusaka yang biasanya hanya dapat diobati oleh yang punya keris.
Dia menasihatkan agar mendekati Puti Payuang Lauik, sebab kalau Bujang Piaman dibunuh tentu hati Payuang Lauik tambah sakit.
Besok harinya datang pula Sutan Sari Alam kakak Puti Payuang Lauik menghadap, agar bapaknya mau menyetujui pilihan adiknya. Akan tetapi, malah dia sendiri yang dimarahi oleh bapaknya dan bapaknya menganjurkan untuk mencari dukun kalau Puti Payuang Lauik ini sudah diguna-guna oleh Bujang Piaman. Akan tetapi, hal ini dibantah oleh Sutan Sari Alam karena dia tahu betul bagaimana pribadi Bujang Piaman bahkan dia merasa takut waktu Puti Payuang Lauik datang ke rumahnya begitu juga kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, dia menganjurkan agar ayahnya bersabar dan jangan ditanyai juga dulu Puti Payuang Lauik untung di belakang hari berubah pendiriannya.
Tiga hari sesudah Sutan Sari Alam berbicara dengan ayahnya terjadi keributan di gelanggang yang disebabkan oleh Sutan Lembak Tuah yang tidak merasa senang terhadap Bujang Piaman.
Dia berusaha untuk membalas dendam dengan mengajak Bujang Piaman bermain silat dengan pedang yang berakhir dengan kekalahan pada Sutan Lembak Tuah. Akan tetapi, rupanya Sutan
11