Lembak Tuah merasa belum puas dan diajak lagi main keris pusaka yang dipinjami mamaknya Raja Parik Batu dan dalam permainan ini juga dia kalah. Dia tidak mau mengakui kekalahannya. Waktu Bujang Piaman sudah mengangkat sembah untuk berhenti, tiba-tiba Sutan Lembak Tuah menikamkan kerisnya ke bahu Bujang Piaman. Waktu orang melihat bahwa keris yang melukai Bujang Piaman adalah keris pusaka maka orang merasa cemas dengan lukanya itu karena bisa membawa maut dan hanya dapat disembuhkan dengan obat diberikan oleh pemilik keris. Oleh sebab itu, Sutan Sari Alam pergi kepada ayahnya untuk memintakan obatnya. Mula-mula ayahnya enggan memberikan, tetapi karena didesak terus oleh Sutan Sari Alam dan adiknya Payuang Lauik maka obat itu diberikan juga. Ayah dan ibu Bujang Piaman melihat keadaan anaknya menangis dan kebingungan.
Dukun langsung memberikan obat antibisa keris itu dan keadaan Bujang Piaman sudah agak membaik. Mereka mencari akal lagi bagaimana agar rencana perkawinan Payuang Lauik dengan Bujang Piaman dapat terlaksana. Mereka membuat siasat, yaitu dengan jalan menyuruh Bujang Piaman pergi mencari obat ke negeri asalnya, Pariaman. Akan tetapi, sebelum sampai ke tempat yang dituju dia mati di tengah jalan dan kabar ini sudah disebarluaskan.
Puti Payuang Lauik membuat taktik dengan berita kematian Bujang Piaman ini. Dia berpura-pura memilih Sutan Lembak Tuah waktu ditanya sekali lagi. Orang-orang menjadi heran dengan sikapnya itu, bahkan dia tertawa-tawa dengan orang yang membunuh Bujang Piaman.
Akan tetapi, tindakannya ini hanya siasat saja agar rencana jangan ketahuan. Sebab, dalam perundingannya dulu apabila Bujang Piaman meninggal maka Puti Payuang Lauik berpura-pura bunuh diri.
Lima hari sesudah Bujang Piaman meninggal Puti Payuang Lauik diberitakan bunuh diri semuanya diatur oleh kakaknya Sutan Sari Alam. Bagaimana gemparnya masyarakat dengan meninggalnya Puti Payuang Lauik, banyak orang berdatangan ke istana untuk melihat kejadian itu. Sebelumnya orang sudah merencanakan
12