untuk mengadakan pesta perkawinan Puti Payuang Lauik dengan Sutan Lembak Tuah. Dengan adanya peristiwa ini orang-orang hanya berkumpul untuk mengaji dan mengadakan tahlilan. Sutan Sari Alam sudah merencanakan penguburan adiknya akan dilaksanakan pagi-pagi sekali dan malam dimandikan dan dikafani. Pada malaṁ itu juga orang menyiapkan segala sesuatunya untuk penguburan di pagi hari. Pada malam itu Sutan Sari Alam menjaga jenazah dengan beberapa temannya. Pada malam itu juga Puti Payuang Lauik berangkat ke rumah Bujang Piaman dan jenazahnya diganti dengan batang pisang yang pada esok hari akan dikubur.
Yang lebih menderita lagi dengan kematian Puti Payuang Lauik ini ialah Sutan Lembak Tuah yang menyebabkan dia seperti orang berubah akal.
Sesudah beberapa lama kejadian di daerah Simpang Ampek dan Parik Batu dimana keadaan di istana sudah sangat berbeda karena yang tinggal di istana hanya ibu dan ayah Payuang Lauik jadi keadaannya sudah menjadi sepi. Di lain pihak di rumah ibu Malin Duano nenek dari Bujang Piaman di Pariaman orang-orang pada bergembira karena Malin Duano dan istrinya Bidasari baru pulang dari rantau dengan anaknya Buyuang Pamenan yang dahulu bernama Bujang Piaman dan menantunya Reno Manih yang dahulu bernama Payuang Lauik. Perubahan kedua nama ini untuk menghilangkan jejak dari siasat-siasat mereka yang sudah dilukiskan di atas. Waktu masih di Pasaman mereka baru melaksanakan kawin gantung maka sekaranglah baru ada kesempatan untuk mengadakan pesta perkawinan yang dilangsungkan beberapa hari.
Sesudah seminggu berada di rumah neneknya Bujang Pamenan dan Puti Reno Manih masih banyak orang yang datang mengunjunginya dan membawa bermacam-macam penganan, ada yang membawa beras, kelapa dan lain-lain.
Walaupun Puti Reno Manih dahulunya tidak biasa bekerja keras, tetapi sekarang malah badannya tambah merasa lebih sehat karena banyak bergerak. Sebenarnya ibu Bujang Piaman merasa cemas kalau-kalau menantunya ini sakit karena terlampau banyak menerima tamu, tetapi dia tidak mau dilarang. Sesudah dua minggu Malin Duano dan istrinya Bidasari berangkat kembali ke Simpang Ampek sedang Bujang Piaman dan istrinya Payuang Lauik tetap
13