Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/148

Halaman ini tervalidasi
  1. membantu djanda-djanda dan anak jatim piatunja didalam mengusahakan keluarnja pensiun atau tundjangan dan dimana perlu memberi sekedar hiburan.

Disamping itu „Bhayangkari" pun turut membantu melaksanakan program pekerdjaan organisasi-organisasi wanita lainnja, jang mempunjai tudjuan meninggikan deradjat wanita, chusus dikalangan anggauta-anggautanja sendiri, seperti mengadakan kursus-kursus pemberantasan buta tangan, keradjinan potong-memotong, huruf, kesehatan, bahasa Indonesia, Agama dan lain-lain. Pendidikan kanak-kanak pun tidak dilupakan; dipelbagai tempat „Bhayangkari" telah berhasil mendirikan Taman Kanak-kanak.

Setelah „Bhayangkari" diterima mendjadi anggauta Kongres Wanita Indonesia pada tanggal 1 Nopember 1952, maka perhatian organisasi tidak lagi hanja ditudjukan kedalam. Pada masa sekarang „Bhayangkari" sebagai organisasi wanita jang tidak mau ketinggalan dari organisasi-organisasi wanita lainnja dalam perdjoangan telah turut serta memperhatikan masalah-masalah jang pada dewasa ini mendjadi persoalan-persoalan hangat bagi kaum wanita Indonesia umumnja. Misalnja sadja kedu dukan wanita Indonesia didalam perkawinan jang oleh sebagian besar dari kaum wanita kita masih dirasakan sebagai belum memuaskan.

Selain dari pada itu, tentu masih banjak lagi hal hal jang harus diperdjoangkan untuk mentjapai kedudukan jang sebaik-baiknja bagi kaum wanita Indonesia. Hal ini nistjaja akan tertjapai dengan terpeliharanja persatuan dan kebulatan tekad di dalam menghadapi masalah-masalah jang mengenai kepentingan kaum wanita bersama.

Demikian sekedar kata sambutan kami jang kami achiri dengan harapan semoga perdjoangan wanita selama 14 abad ini dapatlah diteruskan dengan semangat jang berkobar-kobar, demi kepentingan nusa dan bangsa umumnja, kaum wanita chususnja.

Wassalam,
A.n. PENGURUS BESAR
PERSATUAN ISTERI POLISI „BHAYANGKARI":
Ketua II,
ttd.,
Nj . SOEDARTO.

Sambutan P.B. GERWIS:

Terhadap buku peringatan:

SEPEREMPAT ABAD KESATUAN PERGERAKAN WANITA INDONESIA.

Dengan terbitnja buku ini, sekalipun belum dapat lengkap sebagai mana mestinja, akan tetapi tjukup lah sudah, untuk didjadikan titik permulaan bagi wanita-wanita Indonesia, guna membuka sedjarah lama, sedjarah perdjoangan wanita dalam menuntut tjita-tjita kesedjahteraan dan kebahagiaan wanita.

Sedjarah berulang kembali, dan kenang-kenangan lama, kerap kali dapat mendjadi sumber inspirasi baru, guna memulai usaha-usaha baru jang lebih hebat, jang lebih mendatangkan hasil-hasil perdjoangan, dari pada waktu sebelumnja. Sering kita bertanja, djika Kartini, pada waktunja dan dengan rintangan-rintangan adat jang demikian tebalnja sudah dapat mewudjudkan sebahagian dari pada tjita-tjitanja, apalagi kami, wanita jang hidup sekarang, didjaman merdeka ini ! Djika kita sekarang, tak dapat mentjapai hasil-hasil sebagai waktunja Kartini, sebagai waktunja njonja Mugarumah, sebagai waktunja njonja Santoso dan sebagainja, maka dapatlah dikatakan, bahwa wanita sekarang mundur seribu langkah ! Djika dulu, pada tahun 1928, organisasi-organisasi wanita telah dapat bersatu dalam gabungan federasi dan telah dapat mewudjudkan hasil-hasil kerdja samanja, maka apakah jang telah dihasilkan oleh organisasi-organisasi wanita didjaman ini?

Karena membuka sedjarah lama, karena mengingat djasa-djasa pedjoang wanita jang lebih dahulu dari kita, maka bangkitlah semangat wanita-wanita pedjoang sekarang, untuk melandjutkan dan menjempurnakan mereka jang sudah-sudah. Segala pengalaman jang lalu, baik jang pahit, maupun jang manis, akan dapat mendjadi ramuan bahan peladjaran bagi kita, diwaktu ini.

Gerwis, sebagai organisasi wanita jang masih muda umurnja (berdiri tanggal 4 Djuli 1950 di Semarang) , dapat menghargai dan memetik nilai buku peringatan ini . Gerwis akan dapat bertjermin kepada langkah-langkah pedjoang-pedjoang wanita jang lama, untuk diambil sebagai tjontoh-tjontoh dimana perlu, sesuai dengan keadaan dan keharusan djaman sekarang. Djuga, Gerwis pertjaja, bahwa organisasi-organisasi wanita lainnja, dan wanita pada umumnja, akan menghargai buku ini sebagai warisan sedjarah dari saudara tua kita.

„Tak ada gading jang tak retak" demikianlah bunji peribahasa. Tak ada barang sesuatu jang tak bertjatjat. Demikian djuga tak ada manusia jang tak pernah tjatjat (salah ) dan tak ada satu organisasipun jang sama sekali tak ada kekurangannja.

Oleh karena itu, besar atau ketjil, dulu atau sekarang, dalam organisasi gabungan, dalam persatuan, dalam kerdja sama, dapatlah atau sama lain beladjar, melihat mana-mana jang kurang baik, dan mana-mana jang baik untuk ditjontoh dan diteruskan. Melihat kepada diri sendiri dan melihat kepada orang lain, itu satu-satunja tjara beladjar untuk menjempurnakan diri dan organisasi.

Oleh karena itu , P.B. Gerwis menjatakan terima kasihnja kepada Saudara-saudara jang duduk dalam panitya seperempat abad kesatuan pergerakan wanita Indonesia ini, jang telah bersusah pajah, membanting tulang, menjumbangkan pikiran dan harta benda, guna terselenggaranja hari peringatan jang bersedjarah, dan guna terbitnja buku peringatan ini.

Djakarta, 1 Nopember 1953
A.n. P.B. Gerwis,

Ketua

Sekretaris Umum II,

ttd.

ttd.

SUWARTI

SARTINI