Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/151

Halaman ini tervalidasi

 Berkat kebidjaksanaan pengurus dari pada Kongres Perempuan Indonesia jang ke-I, jang di pimpin oleh ibu Sukonto, maka kongres dapat menarik perhatian seluruh lapisan bangsa Indonesia dan dibuktikan dengan bantuan dan utjapan simpati jang diterima oleh K.P.I. itu.
 Penghargaan kami itu, kami tudjukan, terutama atas hasil „Pembukaan Pintu Gerbang", dimana wanita Indonesia mendapat saluran dan tempat perdjoangan seterusnja, ialah dengan berdirinja:

  1. Badan Permufakatan Perikatan Perkumpulan Perempuan (Isteri) Indonesia, jang selandjutnja disebut P.P.I.I. dengan dasar kebangsaan.
  2. Kesadaran jang diperoleh ialah atas usaha perbaikan hidup wanita dalam keluarga sebagai Ibu dan Isteri dengan mosinja tentang minta perbaikan dalam perkawinan, serta usaha mengurangi perkawinan kanak-kanak.
  3. Sebagai anggota masjarakat jang harus di hargai sama antara lelaki dan perempuan dengan mosinja tentang permintaan memperbanjak sekolah-sekolah wanita didaerah.
  4. Kesadaran, bahwa wanita harus djuga mempertinggi pengetahuannja, usaha dengan supaja adanja studiefonds bagi anak wanita.


 Dalam usaha ini kami minta perhatian untuk memperingati djasa Saudara Mugarumah, jang telah memberikan testamen, untuk pada wafatnja menjerahkan perhiasan dirinja sebagai bekal dari berdirinja „Sri Darma".

 Semoga amal Sdr. tersebut dapat diterima oleh Tuhan Jang Maha Esa dan dapat gandjaran sepadan dengan djasanja tersebut.
 Pada setiap saat usaha-usaha nampak bertambah. Oleh P.P.I.I. selandjutnja diusahakan tentang pembelaan nasib Buruh Wanita dan pemberantasan perdagangan perempuan dan anak.
 Djika kita melihat pada pembitjaraan-pembitjaraan di Kongres selandjutnja maka usaha pergerakan wanita selalu meluas.
 Pada K.P.I. jang ke-II pada tahun 1934, maka orang mulai merasa pentingnja perbaikan hidup wanita dalam kekeluargaan dengan djalan U.U. perkawinan.
 Pemberantasan buta huruf mulai mendjadi usaha besar-besaran dan mempergunakan „Sri Darma" sebagai dasar perongkosannja. Pendek kata setiap tahun terdapat tanda bukti kemadjuannja.
 Pada K.P.I. jang ke III pada tahun 1938 soal wanita dalam politik, mulai mendjadi bahan perbintjangan. Gerakan peringatan „Hari Ibu" jang diusulkan oleh Isteri Indonesia, diterima baik oleh Kongres, jang hingga sekarang bisa diambil manfaatnja, sesuai dengan panggilan masa dan keadaan djaman.
 Atas kegiatan usaha wanita pada umumnja, maka setelah Pemerintah Belanda pada tahun 1938, mengeluarkan U.U. dimana wanita diberi hak untuk „dipilih” bagi Dewan Perwakilan Rakjat Kota, maka didalam pemilihan umum bagi Dewan tersebut pada tahun itu , di Bandung, di Semarang dan Surabaja, wanita dapat merebut korsi.
 Kemudian pada achir saat pendjadjahan Belanda pada tahun 1941 K.P.I. jang ke-IV sifatnja sudah politik. Keputusan-keputusan diantaranja:

  1. Mendesak kepada Pemerintah supaja segera mengeluarkan U.U., dimana wanita dapat hak „dipilih” dan „memilih”.
  2. Bahasa Indonesia, supaja mendjadi mata peladjaran disekolah-sekolah menengah.
  3. Setudju adanja Indonesia berparlemen.

 Achirnja pada saat sidang Dewan Perwakilan Rakjat Pusat (Volksraad) memperbintjangkan U.U. hak „dipilih" dan „Memilih" bagi wanita, maka K.P.I. ke-IV mendesakkan, supaja sidang Volksraad menerimanja. Dengan kemadjuan jang tertjapai kemudian dengan adanja persamaan hak antara lelaki dan perempuan, pendjadjahan Belanda berachir.
 Pendjadjahan Djepang mulai. Pemerintah itu memaksa, agar semua tenaga dipergunakan, baik muda maupun tua, lelaki dan perempuan.
 Atas pengaruh tersebut maka usaha gerakan perdjoangan wanita dapat menghasilkan berkembangnja hidup berorganisasi diplosok-plosok dan disegala sudut.
 Rasa harga menghargai dari lapisan masjarakat timbul dan dipaksa oleh keadaan.
 Demikianlah segala usaha jang tertulis diatas, selandjutnja mendjadi dasar dari pergerakan wanita pada zaman kemerdekaan.
 Achirulkalam Pengurus Besar Muslimat memohon kepada Tuhan Jang Maha Esa, mudah-mudahan, Tuhan memberi djalan persatuan jang abadi kepada wanita Indonesia dan selalu mengembangkan rasa harga menghargai antara satu sama lain.

Wass. 'Alaikum W.W.
a/n. P.B. Muslimat!

Ketua:

Penulis Umum:

ttd.

ttd.

Nj. Sunarjo Mangunpuspito.

S. Fatimah Usulu.

Sambutan P.B. Parkiwa

KEKUATAN PERSATUAN.

 25 tahun lamanja Pergerakan Wanita Indonesia bersatu untuk mentjapai kedudukan jang lajak untuk Wanita, sesuai dengan sifat dan chodratnja didalam masjarakat.
 25 tahun jang lalu para pelopor Wanita insjaf akan arti gunanja mempersatukan tekad dan mempersatukan tenaga seluruh wanita Indonesia di dalam bergerak menudju ke kemerdekaan dan kebahagiaan Negara.
 Mereka menghendaki persatuan actie, persatuan tjara bekerdja persatuan tenaga wanita, oleh karena mereka insjaf akan kekuatan jang hebat dari per satuan jang kekal itu.
 Riwajat telah menjatakan bahwa kemerdekaan bangsa kita hanja dapat tertjapai dengan persatuan seluruh bangsa.

 Kemerdekaan kita tertjapainja dengan persatuan! Setekad, seniat, dan setudjuan! Inilah jang membawa kita ke kemerdekaan.

137