Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/231

Halaman ini tervalidasi

asrama untuk anak-anak bersekolah dan sebuah asrama untuk wanita-wanita bekerdja.


Sementara pendudukan Djepang P.I.K.A.T. tetap berusaha supaja gedung Huishoudschool dan asrama-asrama tidak dibeslag, hanja dipindjam. Gedung-gedung tersebut tak luput dari pemboman-pemboman; walaupun dengan susah pajah pekerdjaan-pekerdjaan diteruskan.


Tahun 1948: Gedung Huishoudschool jang dipakai (Opgevorderd) oleh K.N.I.L. dikembalikan.


Agustus 1950: Huishoudschool jang sama deradjatnja dengan Sekolah pemerintah, mendjadi Sekolah Kepandaian Puteri jang untuk sementara waktu diselenggarakan oleh pemerintah disebuah gedung miliknja perserikatan P.I.K.A.T.


Maret 1951: Dibuka sekolah Taman Kanak-kanak di Amurang.


Perkumpulan „Putri Setia” didirikan di Menado pada tanggal 5 Djanuari 1928, dengan tudjuan untuk memperdjuangkan kemerdekaan Indonesia. Berbagai badan-badan jang berdjuang untuk mentjapai Indonesia Merdeka dibantu oleh „Putri Setia", sambil berusaha sendiri setjara langsung memasuki pelosok-pelosok kampung memberi penerangan tentang Indonesia Merdeka.

Maluku.

Meskipun pihak pendjadjah mengekang hasrat jang bergelora didalam dada putera-puteri di Maluku, namun djiwa jang bergelora untuk turut berbakti terhadap Ibu Pertiwi tidak bisa dipadamkan.


Perlawanan-perlawanan jang dilakukan rakjat Maluku terhadap pendjadjah Belanda diikuti djuga oleh wanita-wanita. Sebagai buktinja ialah Christina Martha Tidhohu, putri radja Abubu dari pulau Nusalaut, jang bersama-sama pahlawan Pattimura telah menentang pemerintah Belanda dalam tahun 1817, sehingga ia dikorbankan musuh dengan menenggelamkannja kelaut Banda.


Didalam Sarikat Ambon/Ina Tuni Wanita-wanita Maluku turut bergerak sebagai pelopor-pelopor wanita dalam pergerakan nasional, antaranja Ina Bala Latumahina dan Ina Toule.


Djika Serikat Ambon di Maluku sendiri tak diperkenankan tumbuh dan berkembang, makatjita-tjita untuk mentjapai kemerdekaan tanah air dan bangsa diteruskan oleh pemuda-pemuda dan wanita-wanita diluar Maluku.

Puteri-Puteri Maluku di Djawa Timur bergerak didalam P.P.R.I. (Pemuda Puteri Republik Indonesia) di Surabaja, di Djawa Tengah dalam organisasi Pemuda Maluku dan di Djawa Barat dalam A.P.I. Ambon.


Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, wanita-wanita di Maluku mendirikan perkumpulan „Persatuan Wanita Indonesia di Ambon" (Perwaida), dan pada tanggal 27 Desember 1950 didirikan „Persatuan Wanita Republik Indonesia" tjabang Ambon.


Tjabang-tjabang dan ranting-ranting Perwari dibentuk diseluruh Propinsi Maluku, dengan tudjuan mempersatukan wanita-wanita di Maluku untuk


dengan setjara berorganisasi mengisi kemerdekaan Indonesia.

Untuk menghimpun wanita-wanita dari perkumpulan Vrouwen Organisatie in Ambon (Vloria) kearah suatu tudjuan jang sesuai dengan panggilan zaman, pada bulan Mei 1951 dibentuk sebuah organisasi lokaal bernama ,,Sinar".


Selain dari organisasi-organisasi jang telah diuraikan diatas, di Maluku terdapat pula Persit, K.I.M., Persatuan Wanita Kristen Indonesia (P.W.K.I.) , G.P.I.I. Puteri, Peladjar Islam Indonesia, Wanita Demokrat, Muslimat, Parindra Wanita dan Wapsi.


Badan-badan sosial dikalangan wanita di Ambon antara lain ialah „Panitia Pembantu Sosial", dan ,,Jajasan Kesedjahteraan Anak-anak”.

2. KARANGAN-KARANGAN TENTANG REVOLUSI DAN WANITA INDONESIA.

MEMPERINGATI DJASA PERGERAKAN-PERGERAKAN WANITA INDONESIA TERHADAP KAUM WANITA KETURUNAN ARAB.

Oleh: Nj. Barkah A. R. Baswedan.

Dizaman pendjadjahan, djika disebut „Wanita Indonesia”, maka jang dimaksudkan hanjalah wanita Indonesia „Asli”. Itulah akibat systeem kolonial jang memisah-misahkan penduduk-penduduk tanah air kita ini menurut keturunannja.


Namun ikatan agama dan darah jang kuat mengikat golongan keturunan Arab dengan penduduk asli telah dapat menembus segala rintangan kolonial.


Dalam batas-batasnja jang sempit, wanita keturunan Arab ikutlah dalam gerakan-gerakan wanita Indonesia, dalam badan-badan sosial dan agama.


Karenanja, maka kesadaran wanita Indonesia akan hak-haknja jang mesti dituntut menjelunduplah achirnja kedalam benteng-benteng kaum wanita keturunan Arab jang lebih berat penderitaannja dalam tutupan. Maka tidak berapa lama dari lahirnja Partai Arab Indonesia (P.A.I.) jang bersemangat muda dan pengakuan hak-haknja wanita, lahirlah bagian isterinja.


Masjarakat digemparkan oleh terdjadinja konperensi pertama dari kaum wanita keturunan Arab di Djakarta, pada tahun 1939 jang membentuk P.A.I. Isteri.


Njonja-njonja A. R. Abdurrachman, S. Z. Gunawan, Mr. Maria Ullfah Santoso, Siti Danilah dan banjak lainnja lagi dari pemimpin-pemimpin per gerakan wanita Indonesia adalah mereka itu bidan-bidan bagi kelahirannja baji P.A.I. Isteri tadi.


Dan selandjutnja mereka itu seakan-akan turut duduk bersama kami dalam putjuk pimpinan P.I.A. Isteri itu.


Begitupun jang dialami oleh tjabang-tjabangnja diberbagai tempat ditanah air. Nama Nj. Sudirman di Surabaja adalah nama jang tak dapat dilupakan.


Maka setahun kemudian, jaitu pada tahun 1940 gerakan itu dapat melangsungkan kongresnja pertama di Pekalongan dengan sukses luar biasa. Dari menilik putusan-putusannja jang dikutip dibawah ini, dapatlah diketahui betapa semangat dan

215