Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/238

Halaman ini tervalidasi

telah diserahi pimpinan seksi penerangan. Dalam fungsi itulah dalam tahun 1947 bulan April telah mewakili Kowani pada Inter-Asian Relations' Conference di New Delhi, bersama-sama dengan Nj. Hamdani ( Perwari ) dan Nj. Suryohadi (Barisan Buruh Wanita ). Kami bertiga adalah utusan Kowani kerapat wanita dari Inter-Asian Relations' Conference itu. Disitulah untuk pertama kalinja sesudahnja petjah Revolusi delegasi Indonesia berdjuang diforum internasional.
 Dalam pembangunan apakah usaha P.P.I. pada masa permulaan dahulu? Dibeberapa tempat, walaupun Negara masih dalam suasana pertempuran militer, pendidikan dan sekolah-sekolah tetap dipelihara. Dalam hal ini P.P.I. memberi sumbangan dengan menjelenggarakan sekolah rakjat dan taman kanak-kanak. Pula pemberantasan buta huruf diselenggarakan oleh organisasi wanita dan pemuda bersama-sama. Mereka sudah mulai dengan mengadakan gerakan untuk hal ini sampai kedesa-desa. Sebelumnja Pemerintah ber tindak dengan mengaturnja dalam Kementerian P.P.K. , organisasi -organisasi masa telah mulai dengan pemberantasan buta huruf ini. Selain dari pada sebagai organisasi, sebagai perseorangan para pemudi mengadakan tindakan jang positip dalam pembangunan Negara. Jang saja maksudkan ialah, bahwa dalam djawatan dan lapangan pekerdjaan berbagai ragam para pemudi tampil kemuka untuk mengambil bagiannja, baik sebagai pegawai Pemerintah, maupun djuga sebagai seorang partikelir. Waktu Revolusi adalah masa jang penting guna menarik pekerdja-pekerdja wanita.
 Kemudian hari djarang sekali wanita itu melepaskan tugasnja masing-masing, karena merasa bahwa tenaganja dibutuhkan benar-benar guna pembangunan Negara. Banjak antara pekerdja wanita itu kemudian memimpin dalam lapangannja masing-masing dan menundjukkan bahwa P.P.I. sebagai tempat persiapan bagi para pekerdja wa nita telah memberikan hasil.
 Dalam ketata-negaraan para anggauta P.P.I. mendapat latihan pula. Inilah dilaksanakan karena dibeberapa tempat dan daerah telah diminta untuk duduk dalam dewan-dewan daerah.
 Dalam Komite Nasional Pusat saja sendiri, bersama-sama dengan Sdr. Zus Ratulangi dan Sdr. Setiati telah ditundjuk oleh Presiden sebagai anggauta jang mewakili gerakan pamudi. Bahkan didesa-desa P.P.I. djuga mendapat tem pat dewan desa. Inilah penting sekali guna pendidikan para pemudi dalam hal ketata-negaraan. Dalam hal tjara berorganisasi P.P.I. Pusat telah menjelenggarakan latihan-latihan kader dalam tahun 1946 di Salatiga dan Jogjakarta jang dikundjungi oleh Pemuda-pemudi dari berbagai-bagai daerah.
 Dalam kota-kota dan daerah- daerah pendudukan seperti Djakarta, Semarang dan lain-lainnja, perdjuangan pemudi lain pula tjorak ragamnja. Kadang-kadang tentara pendudukan menghalang halangi wanita dan pemuda. Inilah terdjadi di Djakarta ketika dalam tahun 1946 para wanita ingin merajakan Hari Kartini. Tentara Inggeris mela

rangnja dan dalam hal ini demonstrasi pemudi jangdipelopori oleh Nj . Mr. Maria Ullfah Santoso telah berhasil menerobos pendjagaan tentara asing itu dan sampai dengan selamat di Gedung Proklamasi di Pegangsaan Timur untuk melaksanakan perajaan Hari Kartini itu.
 Karangan ini hanja dimaksudkan untuk memberi sekedar kesan tentang peranan pemudi pada petjahnja Revolusi pada tanggal 17 Agustus tahun 1945. Arus Revolusi itu tidak luput membawa para pemudi ikut bergolak. Para pemudi djuga turut membangkitkan pergolakan itu.<ber> Itulah semuanja bagi kemadjuan kita bersama. Kemadjuan kearah mana ? Kearah mendjadikan tanah-air kita itu tempat dimana putera-puterinja dapat hidup sedjahtera, tjukup dan bahagia. Sebelum itu tertjapai kita siap sedia untuk memikul bebannja jang lebih berat lagi.

O, IBU.

Oleh: Ibu SUDIRMAN.

 Mendengar perkataan ,,Kaum IBU" itu, maka Ibuku sendiri, jang pada masa itu telah landjut usianja, berkata : „ Jah, puteraku tunggal, memang sudah sewadjarnjalah engkau bekerdja untuk Ibu, untuk aku". Demikianlah Ibuku membuka kata wedjangannja, dengan tidak menjedari bahwa jang kumaksudkan kaum IBU tadi bukanlah Ibuku sen diri sadja, melainkan segenap kaum IBU seluruh Indonesia, bahwa makna jang lebih luas adalah IBU PERTIWI PERSADA INDONESIA. Namun, pembuka-kata Ibuku tadi kuterima dengan tenang, tidak kubantah, dan kami dengarkan terus.
 Diwaktu beliau melahirkan adikku lelaki, aku dipanggil mendekati Ibu. Kemudian diusap-usap keningku sambil berkata : „ Bilakah engkau mem punjai adik puteri, agar dapat membantu, bekerdja untuk menolong Ibu. Lebih banjak puteriku, lebih tertip keadaan rumah tanggaku" Demikianlah kata-kata Ibuku pada saat kaum wa nita merintis djalan sambil menggalang persatuan. Aku tetap tidak membantah kata-kata Ibuku, walaupun pada galibnja bertentangan dengan isi hatiku, perihal makna kebaktian kepada IBU tadi. Aku berpendapat, bahwa pengabdianku ditudjukan kepada IBU PERTIWI, sedang Ibuku meng. artikannja melulu kepala Ibuku sendiri. Namun aku insjaf, bahwa tanpa didikan dari Ibuku, mustahil aku akan dapat mengabdi kepada Ibu Pertiwi. Betapa berat ibuku mendidik aku dalam soal keradjinan bekerdja, kesutjian berfikir, kesutjian berkata dan kesutjian berbuat. Betapa teliti Ibuku mendidik aku dalam soal kehematan dan ketjermatan dalam segala-galanja. Dan betapa ichlasnja pula Ibuku memberi tjontoh kepadaku untuk ber korban perasaan, tenaga dan benda, untuk kepentingan bersama. Memang pada saat itu Ibuku be lum mengenal organisasi wanita seperti djaman sekarang. Djadi jang dimaksud dengan kepentingan bersama itu ialah lingkungan keluarga jang luas dan handai-tolan sekeliling keluarga kita.
 Alkisah, didikan Ibuku tadi kupakai dikalangan masjarakat ramai, dikalangan perkumpulan wanitajang pada waktu itu saja ikuti. Sungguh tidak

222