Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/47

Halaman ini tervalidasi

sidenan, di Kabupaten dan Kota di Djawa didirikan kantor „Putera” itu sebagai kantor tjabang.


Kantor Besar „Putera” begitu disebut pada waktu itu, ialah:

  1. Sebagai alat mengerahkan tenaga untuk menghadapi bahaja peperangan jang dihadapi oleh Pemerintah Djepang di Indonesia.
  2. Bagi kita bangsa Indonesia, maka menurut hemat saja kantor tersebut untuk menemui sjarat timbal balik bagi mengedjar jang mendjadi dasar kerdjasama diatas.
  3. Selain jang disebutkan diatas, maka kita pergunakan untuk menghambat pengaruh Djepang dan dipergunakan untuk mengobarkan semangat Kemerdekaan dan bekerdja. Didalam Kantor „Putera” itu terdapat bagian Wanita, baik di Pusat, maupun didaerah-daerah. Maka „bagian wanita” Pusat dipimpin oleh Nj. Sunarjo Mangunpuspito dengan Nj. Sukemi, Nj. Surjotjondro, Nj. Jusupadi dan Nj. Trimurti, dan dibantu oleh pekerdja-pekerdja lain. Usaha-usaha jang dikerdjakan, jaitu menjesuaikan keadaan disegala lapangan dengan penghidupan dan perdjoangan dimasa perang. Berhubung dengan itu, maka usaha-usaha jang digerakkan ialah:
    1. Mengobarkan semangat tjinta tanah air dan bangsa dikalangan wanita.
    2. Suka berkorban dan rela menderita untuk tanah air dan bangsa.
    3. Menjiapkan tenaga bagi ikut serta dibelakang garis peperangan.
    4. Hidup sederhana dan menghemat barang apa jang dimiliki.
    5. Memperbanjak hasil bumi dengan menanami semua tanah jang terluang.
    6. Mempergunakan bahan-bahan jang hisa dipergunakan untuk bahan makanan dan pakaian.
    7. Menghidupkan pekerdjaan tangan dan industri dirumah.
    8. Menanam bahan-bahan untuk menambah bahan pakaian.
    9. Mengadakan latihan-latihan jang diperlukan.
    10. Menghidupkan pekerdjaan-pekerdjaan untuk memberantas pengangguran.
      Disamping kantor „Putera” timbul disana-sini, antaranja di Semarang, di Djakarta dan lain-lain tempat perkumpulan wanita jang achirnja dimufakati oleh Pemerintah Djepang ditempat masing-masing dan disebut dalam bahasa Djepang „Huzinkai”.
      Karena pengakuan itu, maka diperintahkan, supaja „Huzinkai” itu dipimpin oleh Isteri kepala daerah setempat jang harus menggerakkan tenaga wanita ditempatnja masing-masing.
      Dengan ini, maka segera gerakan wanita itu merata sampai dipelosok-pelosok dan disudut-sudut jang terpentjil. Didalam perkembangan masa Djepang itu maka „Putera” dibubarkan, dan diganti dengan Kantor Djawa Hokokai (Kebaktian Rakjat Djawa dan Madura). Begitu pula didaerah-daerah djuga diganti dengan kantor tersebut.
      „Kebaktian Rakjat Djawa dan Madura” itu dipimpin oleh Bung Karno, sebagai Pemimpin Besar, jang diwakili oleh Bung Hatta, dibantr oleh kepala-kepala bagian:
      1. Bagian umum — Sdr. Abikusno.
      2.   "  usaha — Sdr. Otto Iskandar Dinata.
      3.   ”  Propaganda — Sdr. Sartono.
      4.   ”   Wanita — Nj, Sunarjo Mangunpuspito.
      Maka djuga bagian wanita itu mempunjai tjabang-tjabang jang letaknja dibagian „Kebaktian Rakjat” daerah, Kabupaten dan Kota. Tugas dari bagian wanita tersebut, ialah:
      1. Mengurus soal-soal kewanitaan didalam lapangan sosial, perburuhan, latihan-latihan, pemuda puteri dan lain-lain, usaha jang harus digerakkan dan dikerdjakan oleh kaum wanita.
      2. Mendjadi kantor dari Huzinkai Pusat. Ketua bagian wanita mendjabat djuga ketua Hurinkai Pusat. Begitu pula kepala-kepala bagian dari „bagian wanita Kebaktian Rakjat di Djawa dan di Madura” itu mendjadi anggauta
      Pengurus Pusat. Maka Pengurus Pusat Huzinkai terdiri dari:
      1. Nj. Sunarjo Mangunpuspito, Ketua.
      2. Nj. Ios Wiriaatmadja, Wakil Ketua.
      3. Nj. Marjati Adnan, Penulis I.
      4. Nona Rosnah Djamin, Penulis II.
      5. Nj. Siti Marjam, Anggota.
      Maka pengurus 5 itu dibantu oleh beberapa Saudara-saudara, lain jang tidak mengantor antara lain Nj. Sutarman, Nj. Tambunan, Nj. Sjamsudin, Nj. Abuhanifah. Maka tjabang Huzinkai berdiri di Kabupaten dan kota diseluruh Djawa dan Madura. Huzinkai mempunjai bagian pemudi jang dalam bahasa Djepang disebut „Djosi saimentai”. Adapun maksudnja ialah melaksanakan usaha-usaha:
      1. Mengobarkan semangat tjinta tanah air dan bangsa.
      2. Suka berkerban, rela menderita untuk tanah air dan bangsa.
      3. Menjiapkan tenaga bagi ikut serta dibelakang garis peperangan.
      4. Hidup sederhana dan menghemat barang apa jang dimiliki.
      5. Memperbanjak hasil bumi dengan menanami semua tanah jang terluang.
      6. Mempergunakan hahan-bahan jang bisa dipergunakan untuk bahan makanan dan pakaian.
      7. Menghidupkan pekerdjaan tangan dan industri dirumah.
      8. Menanam bahan-bahan untuk menambah bahan-bahan pakaian.
      9. Mengadakan latihan-latihan jang diperlukan.
      10. Menghidupkan pekerdjaan untuk memberantas pengangguran.
      Bagaimanakah tjaranja melaksanakan usaha-usaha diatas. Kita mulai dengan ajat 1. Untuk mengobarkan semangat tjinta tanah air dan bangsa, maka diadakan latihan-latihan di antara: