umum ketjuali Pandji Hari Ibu. Pada tanggal 22 Desember 1953 disemua Kantor Pos diseluruh Indonesia dapat dibeli Perangko Peringatan Hari Ibu dari Rp. 0,50. Di Ibu Kota Djakarta Kongres Wanita Indonesia akan mengesahkan berdirinja Bank Koperasi Wanita dengan singkat B.K.W. jang harus memadjukan ekonomi Wanita dan ada di bawah pengawasan Djawatan Koperasi. Jajasan Kesedjahteraan anak-anak akan membuka Taman Kanak-kanak di Tanah Tinggi Galur dan meresmikan Gedungnja di Djalan Palem 16, Djakarta.
Mudah-mudahan usaha bersama dari Kongres Wanita Indonesia itu akan memberi manfa'at jang sungguh-sungguh dirasai oleh seluruh masjarakat Indonesia, sehingga bersama dengan usaha-usaha Pemerintah dapat mentjapai kesedjahteraan sosial dan kesempurnaan kemerdekaan bangsa dan Negara kita.
Presiden Soekarno dalam kata sambutannja mengatakan antara lain:
bahwa tahun 1926 dan 1927 adalah tahun-tahun jang bersedjarah. Ditahun-tahun itulah bergelora djiwa persatuan dan djiwa ke-Indonesiaan. Sesudah tahun 1927 berlalu maka pada tahun 1928 terdjadi hal-hal jang besar dalam sedjarah perdjoangan bangsa Indonesia, misalnja lagu Indonesia Raya telah ditjiptakan oleh Rudolf Supratman, para pemuda Indonesia telah bersumpah untuk hanja mengenal satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air, jaitu Indonesia. Dalam tahun itu pula wanita Indonesia mulai bersatu. Beliau selandjutnja mengatakan, bahwa bagi wanita Indonesia masih belum tjukup djika hanja mentjapai rechtspositie jang sama dengan kaum laki-laki. Djanganlah hendaknja, kata Presiden, wanita Indonesia hanja puas dengan Undang-undang Dasar jang memberikan hak jang sama kepada wanita. Undang-undang Dasar hanjalah setjarik tulisan hitam diatas kertas putih sadja, sedang jang perlu ialah harus dapat dirialisirnja Undang-undang Dasar jang mendjandjikan adanja keadilan sosial itu, oleh seluruh ummat Indonesia.
Ini perlu sekali diusahakan oleh kaum wanita lebih dari kaum laki-laki, karena wanitalah jang akan mengetjap keadilan sosial lebih banjak. Harus ada persamaan rasa dan nasib antara wanita intelek dan wanita dari massa (wanita marhaen). Kemudian Presiden memberikan gambaran tentang penghidup sehari-hari dari seorang wanita marhaen jang pada hakekatnja harus bekerdja lipat jaitu satu kali untuk mentjari nafkah, satu kali lagi sebagai ibu dari suatu rumah tangga jang wadjib mengurus suami dan anaknja. Djadi tudjuan kita sekalian ialah, seorang wanita itu bukan hanja tjari kedudukan rechtspositie jang lajak sadja tetapi harus djuga bersama-sama dengan kaum lelaki berdjoang mentjari realisasi daripada keadilan sosial itu, untuk membentuk suatu masjarakat dimana ada keadilan sosial. Dan kalau ini sudah tertjapai, demikian Presiden mengachiri sambutannja, maka baru bolehlah wanita Indonesia itu mengatakan bahwa mereka sudah merdeka.
Ketua D.P.R. Mr. Sartono dalam sambutannja, menjatakan, bahwa hari ibu ini adalah penting sekali bagi perdjoangan bangsa Indonesia dan wanita Indonesia karena 25 tahun jang lalu wanita Indonesia telah mulai bergerak untuk mentjapai tjita-tjitanja. Selandjutnja Mr. Sartono pun menegaskan, bahwa bagi wanita Indonesia hendaknja djanganlah jang dipentingkan itu hanja kedudukan rechtspositie jang lajak, tapi hendaknja djuga tidak melupakan tugas nasional untuk bersama sama kaum laki-laki memperdjoangkan posisi sosial dari bangsa Indonesia umumnja wanita Indonesia chususnja. Dan dasar-dasar mengusahakan adanja keadilan sosial itu tertjantum dalam Pantjasila.
Setelah selesai pengutjapan sambutan-sambutan, maka sebelum atjara terachir dilangsungkan, njonja S. Mangunpuspito melakukan upatjara pengresmian Pandji Hari Ibu Indonesia dengan djalan membuka pandji jang masih diselubungi oleh kain jang serba kemerah-merahan. Upatjara tersebut diiringi oleh illustrasi musik jang dimainkan oleh Nj. Sewabessi dengan pianonja. Pandji Hari Ibu itu melukiskan suatu kembang melati jang tengah semerbak dan dibawahnja tumbuh suatu anak bunga jang masih kuntjup dan belum lagi mekar, dibawah kembang melati mana tertera tulisan jang berbunji „Merdeka melaksanakan dharma”.
Sesudah lagu Kebangsaan Indonesia Raya didengungkan kembali, maka upatjara peringatan seperempat abad pergerakan wanita Indonesia diachiri.
Demikian upatjara peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia di Istana Negara.
Nj. Aisjiah Hilal selaku Wk. Ketua Panitya Pusat ¼ Abad K.P.W.I. membuka upatjara perletakan batu pertama dari Gedung Persatuan Wanita.
69