pergerakan, djuga pergerakan wanita membutuhkan waktu jang lama untuk menghasilkan sesuatu jang ditjita-tjitakan. Meskipun didalam waktu 25 tahun pergerakan wanita menderita kesulitan-kesulitan, tetapi kaum ibu kita menghadapinja dengan tabah hati, disitu tampaklah geestesgesteldheidnja. Memang geestesgesteldheid itu harus didjalankan setjara evolusionair, djangan sekali-kali setjara revolusionair. Untuk mendapat hasil-hasil jang memuaskan, harus ada atau perlu mempunjai organisatoris dan systematis talent.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Seterusnja diandjurkan, supaja gerakan wanita tidak hanja ada dikalangan atas atau dikota-kota sadja, tetapi seharusnja djuga sampai kedesa-desa dimana kaum wanitanja masih berada didalam kegelapan. Mereka perlu diberi pandangan hidup baru, sehingga masjarakat kita mendjadi lebih kuat dan sempurna.
Upatjara Perletakan Batu pertama. Pada tg. 22-12-1953 di Jogjakarta Ibu Sukanto sebagai Ketua pertama dari Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia bersama-sama dengan ibu-ibu dan pemudi-pemudi rakjat sedang melakukan upatjara perletakan batu pertama.
Suasana pada saat perletakan batu pertama Gedung Persatuan sedang dipasang oleh Ibu Sukanto dengan dibantu oleh Wakil-wakil rakjat.
72