Halaman:Bwee Hoa.pdf/101

Halaman ini tervalidasi

BWEE HOA

97


telah membikin itoe erang toea mendjadi kalap. Apa jang ia belon pernah berboeat terhadep diri anaknja, ia telah lakoeken itoe hari. Ia djambak ramboetnja Bwee Hoa dan banting padanja di tanah.

„Anak tjilaka, apa selama-lamanjâ loe maoe bikin maloe orang toea sadja? Dasar soendel!”

Bwee Hoa merangkang dan meratap ampoen. Tapi lootia Djoen Kong semangkin goesar, tendangan dan poekoelan djatohnja seperti oedjan di badannja Bwee Hoa.

Achirnja Bwee Hoa djatoh pangsan.

Koetika ia sedar kombali, ia masih mengletak di djoebin, tapi iboenja ada di deket ia dan basahin iapoenja djidat dengen aer dingin.

„Oh, iboe! iboe!”

Ia djatohken kepalanja di pangkoeannja iapoenja iboe dan menangis. Dengen perkata'an poetoes-poetoes Bwee Hoa toetoerken apa sebenernja telah kedjadian. Ia sama sekali tida kenal dengen itoe pemoeda, tapi itoe pemoeda berboeat sanget koerang adjar, hingga ia djadi kemeknek. Sebelonnja ia bisa tarik tangannja dari pegangannja itoe pemoeda, Bie Gwat soedah kloear dan meliat itoe kedjadian.

„Saja toch tida bersalah, oh, iboe?”

„Tida anak, kaoe tida bersalah, ini semoea ada