Halaman:Bwee Hoa.pdf/113

Halaman ini tervalidasi

BWEE HOA

109

Tek Bie sekarang keliatan sanget berobah. Iapoenja tingka lakoe menoendjoekin keagoengan. Dari pemoeda jang biasa tjoema trima prentah orang iapoenja sikep sekarang ada sebagi orang jang biasa memerentah, hingga kapitan Goat Soe merasa, jang ia tida bisa perlakoeken lagi itoe pemoeda seperti doeloe. Kapitan Goat Soe terpak­sa manggoetken kepalanja pada itoe prempoean tjantik.

„Mary ada oewee poenja istri,” menerangkan Tek Bie lebih djaoeh dan Goat Soe semangkin gegetoen dan penasaran di dalem hatinja. Ia sen­diri jang sekarang merasa kikoek dan tida taoe apa jang ia moesti berboeat. Tapi achirnja ia berkata lagi:

„Tapi apa mengertinja ini?” dan sambil kata begitoe ia menoendjoék dengen toengketnja pa­da iapoenja spatbord jang soedah ringsek.

„Menjesel sekali,” saoet Tek Bie dengen sa­bar dan masih sadja tersenjoem, „itoe ada satoe ketjilaka'an jang tida bisa ditjegah. Oewee sedeng tjoba oewee poenja auto dan apa maoe kaptoa poenja sopir roepanja rada mengantoek, sebab ia bikin melintang kandarannja dan lantas terdjadi ini toebroekan.”

„Tapi,” kata ia padanja dengen sabar jang di­bikin-bikin, „kaptoa djangan djadi koeatir, ini