Halaman:Bwee Hoa.pdf/116

Halaman ini tervalidasi

112

TJERITA ROMAN

dan goesar tertjampoer mendjadi satoe. Pikiran-pikiran boeat membikin pembalesan di blakang hari mengoelek di dalem kepalanja itoe kapitan. Ia menengok pada Mary jang doedoek di dampingnja, dengen Tek Bie jang memegang stuur. Itoe auto dilariken tjepet seperti terbang. Tek Bie sebagi djoega maoe kasih liat pada Goat Soe, jang iapoenja auto tida bisa ditandingin dengen segala auto bogrek kepoenja'annja itoe kapitan.

Selama di dalem itoe auto dirinja Goat Soe me­rasa seperti tersiksa, ia berada dalem keada'an begitoe tida berdaja, hingga ia seolah-olah moesti dapet belas kasiannja itoe pemoeda jang bertingka. Tapi baek djoega ada Mary, jang sama sekali tida mengetahoei tentang kedjadian-kedjadian di waktoe doeloe antara soeaminja dengen itoe kapitan.

„Entjek kaptoa tinggal, di mana?” tanja Mary.

„Di Astana-Anjarweg,” saoet Goat Soe dengen terpaksa, tapi sebetoelnja ia ingin sekali boeat bitjara banjak dengen itoe prempoean jang sanget menarik hatinja, „tapi entjek poenja roemah tinggal ada di Pasir-Angin, sebab di sana entjek ada mempoenjai tanah sendiri.”

„Kita tinggal di Andir,” kata Mary lagi, „satoe tempo, kaloe entjek tida keberatan dan ada tem­po, haraplah soeka koendjoengken kita.”