Halaman:Bwee Hoa.pdf/117

Halaman ini tervalidasi

BWEE HOA

113

„Apa nona boekan anaknja Phoa Gwan Kok?” tanja itoe kapitan jang inget, bahoea di Andir tjoema ada tinggal satoe hartawan dengen itoe nama.

„Betoel,” saoet Mary, „apa entjek kenal pada papa?”

„Kenal sedikit,” saoet Goat Soe dan di dalem hatinja tida abis berpikir, bagimana Tek Bie bisa djadi mantoenja itoe fabrikant hartawan pada kekaja'an siapa hartanja Goat Soe tida bisa menempil.

Tapi nasib manoesia ada seperti ombak di laoet, sebentar terdampar ka batoe karang jang keras, sebentar teroembang-ambing di tengah laoetan, nanti tenggelem, nanti timboel. Begitoepoen dengen perdjalanannja Tek Bie. Koetika ia dengen perasa'an maloe meninggalken Pasir-Angin, ia begitoe miskin seperti tikoes koeroes. Berboelan-boelan ia hidoep dengen sengsara di kota dengen tida dapet pekerdja'an sampe pada satoe hari ia bisa dapet pekerdja'an seperti toekang timbang padi di fabriek beras Phoa Gwan Kok. Ia memandjat semangkin tinggi, sehingga ia mendjadi koeasa dari itoe fabriek. Blakangan ia bisa berkenalan dengen Mary dan boeat doea pemoeda jang sering bertemoe perasa'an tjinta gampang bersemi, hingga achirnja dengen ke-