Halaman:Bwee Hoa.pdf/139

Halaman ini tervalidasi

BWEE HOA

135

XV.

PE N G H I D O E P A N satoe boengah latar belon tjoekoep lengkep kaloe dirinja sendiri boleh kelanggar sakit. Poentjak kesengsara'annja Bwee Hoa baroe sampe, tatkala roepa-roepa penjakit heibat sandingin dirinja, zonder ada orang jang dateng tengokin padanja boeat merawat dan menghiboer. Ia jang pekerdja'annja menghiboerken hati orang sekarang mengletak sendirian di dalem kamar dengen moeka jang poetjet. Ia merintih tapi tida ada orang jang denger, ia menderita zonder ada laen orang jang toeroet merasa sakit.

Doenia bagi Bwee Hoa sekarang dirasaken begitoe kosong dan gelap goelita. Ia tida brentinja berbatoek-batoek dan tempo-tempo dari moeloetnja mengeloearken darah, darah dari iapoenja kesengsara'an.

Bwee Hoa dalem iapoenja demem merasa se­perti ia hidoep kombali, hidoep dalem satoe doenia jang baroe. Ia berada di satoe djalanan jang di kiri kanannja toemboeh boengah-boengah ma­war jang wangi. Ia seperti berdjalan di itoe dja­lanan jang haroem, ia dipimpin oleh satoe orang dan waktoe ia menengok, itoe orang ternjata ada Tek Bie. Ia rasaken bagimana Tek Bie memeloek